OPINI: Mengenal Sutopo, Pahlawan Masa Kini




Oleh Penny Charity Lumbanraja

“Penghargaan ini sangat berharga bagi saya. Namun, semua penghargaan ini tidaklah sebanding dengan perjuangan setiap insan kemanusiaan kebencanaan." ~ Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.

Siapa yang tidak mengenal Bapak ini? Ia berdiri di garda terdepan mengabarkan informasi soal bencana di tanah air. Ia juga menjadi pahlawan yang gigih menangkal hoaks. 

Lelaki yang mengidap kanker paru stadium empat itu memiliki prestasi mengkilap. Ia memperoleh  dua penghargaan dalam Anugerah Komunikasi Indonesia 2018 dari Kementerian Komunikasi dan Informasi. Bahkan ia dinobatkan sebagai Tokoh Komunikasi Kemanusiaan dari Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI). 

Atas prestasi itu, Sutopo bukan besar kepala. Ia malah menunjukkan kerendahan hatinya. Sederet penghargaan tersebut justru didedikasikannya bagi semua pelaku kemanusiaan di tanah air. 

Sutopo adalah satu teladan yang patut dipedomani bagi seluruh kaum muda di negeri ini. Rasa pengabdian dan kecintaannya pada negeri mendorongnya terus gigih melawan hoaks yang bisa mengancam keutuhan bangsa. Jika banyak informasi bohong  terkait bencana beredar, tentu besar dampak buruknya bagi masyarakat.

Virus hoaks di abad infomasi ini telah sukses mewabah. Bila netizen tidak mengambil sikap bijaksana, hoaks yang ditelan bulat-bulat lalu dipancarluaskan, akan berpotensi memecah belah kehidupan bermasyarakat kita. Kepanikan massal dapat menimbulkan chaos (kerusuhan) di masyarakat

Maka tak heran, jika Sutopo menjadi orang yang paling dicari saat terjadi bencana di Indonesia. Tanpa terkecuali, bencana alam di Sulawesi Selatan, Tsunami Palu dan Gempa Donggala Sigi. Ia sigap dan cekatan memancarkan informasi-informasi kebencanaan secara akurat. Dengan informasi yang akurat, ia juga berusaha menenangkan masyarakat agar tidak panik.

Pernah beredar informasi palsu tentang Gunung Agung yang sudah meletus, Sutopo lekas pasang badan. Ia bergerilya meluruskan setiap informasi bengkok yang sempat beredar. Setiap penjelasan kata dari ujung lidah yang diucapkannya, memulihkan kondisi masyarakat akibat berita hoaks tersebut. Sutopo serupa juru kunci informasi kebencanaan kita.

Sutopo tetap bergiat melayani, meluruskan setiap informasi terkait dengan bencana alam yang terjadi di Indonesia hingga saat ini. Mulai dari kondisi perkembangan banyaknya korban yang meninggal, situasi pengungsi di tempat pengungsian, hingga pada masalah-masalah teknis untuk penanggulangan bencana. Sosok yang menjadi andalan Indonesia ini sangatlah patut untuk kita teladani. Penuh dengan perjuangan yang sangat besar. Itulah yang menjadi misi kemanusiaannya.

Namun, siapa yang menyangka, saat Sutopo berjuang menangkal berita hoaks soal bencana informasi serta turut mengambil sikap dalam bencana alam yang semarak terjadi di negeri ini, di sisi lain, ia juga harus berjuang melawan penyakit yang dideritanya. 

Pada pertengahan Januari 2018 silam, Sutopo harus menjalani serangkaian perawatan di sejumlah Rumah Sakit untuk pemulihan kesehatannya. Ia divonis terkena kanker paru stadium 4. Dokter menyebut sel kanker sudah menyebar hingga pada tulang dan kelenjar getah bening. Hal itu sempat membuatnya terpukul. Berat badannya anjlok juga kondisi fisik tubuhnya melemah. Sehingga, setiap kali mengonsumsi makanan, kata Sutopo, selalu muncul rasa mual dan ingin muntah saja rasa.

Sangat sulit untuk dipercaya oleh rekan-rekannya. Sutopo memiliki pola hidup kesehatan yang sangat baik. Ia anti rokok dan juga tidak memiliki kebiasaan menenggak alkohol. Ia juga menyatakan, tidak ada riwayat penyakit kanker secara genetis di keluarganya. 

Namun, ia berjuang dengan tabah dan menerima keadaan tersebut. Sutopo meyakini ujian tersebut pastilah dapat dilalui. Pria berusia 49 tahun itu berupaya untuk sembuh dengan menjalani pengobatan kemoterapi dan radioterapi (penyinaran sinar merah) untuk membunuh sel-sel kanker hingga mengonsumsi obat-obatan herbal. Proses yang sangat menyakitkan baginya.

Sutopo fokus untuk menjalani perawatannya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat, Gatot Subroto, Jakarta Pusat. Melalui fasilitas di rumah sakit ini, ia meyakini dengan adanya metode TACI (Trans Arterial Chemo Infusion) akan membunuh  hanya di sumber sel kanker. Sel yang baik di dalam tubuhnya akan tetap aman. 

Perjuangan Sutopo melewati setiap pengobatan di Rumah Sakit membawa efek yang melemahkan kondisi tubuhnya. Namun, hal itu tidak melemahkan semangatnya. Walaupun harus dirawat setiap hari, Sutopo tetap melakukan rutinitas pekerjaannya di kantor. Dengan waktu yang terbatas dan dalam pemantauan yang ketat, Sutopo bergiat melayani. Baginya, dengan kegiatan pelayanannya tersebut, akan mengalihkan pikirannya dari sakit yang dideritanya.

Sutopo dikenal sebagai sosok yang ramah, sigap, pekerja keras dan berintelektual. Sampai saat ini, Sutopo terus berjuang untuk bertahan melawan penyakitnya. Ia tetap bersemangat mendedikasikan dirinya untuk selalu membawa manfaat bagi kehidupan bangsa.

Sutopo adalah alumnus yang tamat sebagai lulusan terbaik di kampusnya. Pria beranak dua ini, menyelesaikan studi dengan gelar Sarjana di Fakultas Geografi, jurusan geografi fisik, program studi hidrologi, Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tahun 1994. Ia merupakan lulusan pertama di angkatannya yang membuat rekan perkuliahannya kagum padanya. Sutopo melanjutkan studinya di Institudi Pertanian Bogor (IPB) dan menyandang gelar M.Si dan PhD di sana. Penelitiannya berfokus pada konservasi tanah dan air dan hidrologi. Karya-karyanya telah membawa berkat bagi negeri ini. Sudah banyak karya dituliskannya. Lebih dari 100 jurnal ilmiah nasional, sebelas jurnal ilmiah internasional dan sejumlah buku telah berhasil ditulis dan dipublikasikannya.

Semangat seorang Sutopo patut kita renungkan. Bagaimana negeri yang terus memanggil dirinya di tengah penderitaan yang dialaminya, tetapi tak pernah menghentikan cinta dan pengabdiannya bagi Indonesia. Seorang Sutopo yang hadir di negeri ini tentunya menjadi pahlawan. Ia telah mengukir banyak pelajaran berharga yang harus selalu kita rekam. Terkhusus bagi kita generasi muda. Tidak mau berkompromi dengan kondisi fisiknya yang semakin melemah, tetapi Sutopo selalu berjuang untuk membawa manfaat bagi seluruh insan. Sejuta nilai positif dapat kita resapi dari perjuangan hidup Sutopo. Persoalannya, siapkah kita menjadi pahlawan seperti Sutopo?




*) Penulis Mahasiswa S2 Universitas Sumatera Utara, bergiat di Perhimpunan Suka Menulis (Perkamen)


Tulisan ini sudah terbit di Surat Kabar Harian Analisa pada 12 November 2018
Linknya:

http://harian.analisadaily.com/opini/news/mengenal-sutopo-pahlawan-masa-kini/647376/2018/11/12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM