OPINI: Talenta Digital Untuk Menghadapi Industri 5.0

 Talenta Digital Untuk Menghadapi Industri 5.0





Berbeda dengan 10 tahun lalu, teknologi semakin berkembang membuat semakin banyak tuntutan yang harus dipenuhi. Bagaimana tidak, generasi muda dituntut harus memiliki talenta digital agar bisa menghadapi era industri 5.0. Ini menjadi investasi jangka panjang yang bernilai jual tinggi.

 

Manusia yang bertalenta digital kelak akan diandalkan untuk menghadapi transformasi organisasi berevolusi menuju industri 5.0. Tidak hanya berlaku di perusahaan saja melainkan organisasi-organisasi di pemerintahan. Jadi, warning-warning seperti ini sudah sepatutnya disiagakan. Perkembangan Industri 5.0 tentu bukan menjadi ketakutan melainkan potensi yang harus selalu dipersiapkan.

 

Talenta-talenta digital inilah kelak menjadi navigator penting yang menggerakkan ekosistem digital. Saat ini di Indonesia sendiri setiap tahunnya membutuhkan 600 ribu talenta digital. Dari jumlah itu masih sangat kurang. Jumlah ini tentu jauh berbeda dengan yang ada di negara maju. Talenta-talenta digital akan terus menjadi kebutuhan negara agar berimplikasi menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang kompetitif di kancah dunia.

 

Targetnya, hingga tahun 2030 akan dibutuhkan sebanyak 47 juta profesi yang memiliki ketrampilan digital. Target itu akan dikejar hingga ke pelosok daerah. Karena hingga saat ini, proporsi tenaga kerja yang memiliki ketrampilan digital menengah masih sangat minim. Nilainya masih kurang dari 1 persen angkatan kerja. Selain dari proporsi itu ialah tenaga kerja dengan ketrampilan digital tingkat dasar dan menengah. Maka, melihat angka kebutuhan yang besar ini patut dijadikan bidikan besar untuk generasi muda.

 

Di perguruan tinggi sendiri, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kemdikbudristek telah bekerja sama dengn korporasi digital untuk mengembangkan talenta digital. Pengembangan digital di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligent) merupakan upaya pemerintah untuk mencetak SDM semakin memiliki kualitas di bidang teknologi digital. Artinya pemerintah sedang mempersiapkan jutaan talenta digital untuk merespon transformasi digital.

 

Bagi anak-anak di bangku sekolah, kata talenta digital mungkin bukan sesuatu hal yang baru. Mereka sudah menyentuh teknologi sejak dilibatkannya alat elektronik sebagai perangkat belajar-mengajar. Belajar mengikuti kurikulum darurat semakin lama membuat mereka beradaptasi dengan sistem digital. Ini menjadi menarik, rupanya selama dan pasca pandemi, ada pembelajaran yang di-upgrade. Persoalannya ialah apakah mereka sudah tau dengan adanya penguasaan serba digital akan menjadikan peluang bagi mereka sebagai pelaku transformai era digital?

 

Selama pandemi, orang menjadi terbiasa memanfaatkan teknologi untuk bertransaksi. Apa-apa serba teknologi berbasis digital. Begitupun pasca pandemi, masyarakat menjadi terbiasa dengan sistem dan inilah yang lebih menggenjot masyarakat untuk segera bertransformasi menuju industri 5.0. Mengapa demikian, itu disebabkan Indonesia harus memiliki banyak talenta digital agar bisa menghadapi persaingan bisnis yang lebih ketat.

 

Isu mengenai tranformasi digital kini menjadi perhatian semua pihak. Semua institusi dituntut untuk lebih segera menggalakkan transformasi ini. Dengannya adanya tuntutan ini, maka beriringan dengan adanya penekanan SDM yang terlatih, cakap dan memiliki penguasaan kompetensi di bidang digital. Akibatnya, kemampuan mengoperasikan digital akan menjadi hal yang sangat biasa. Bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk dikuasai.

 

Mencuplik data dari Kementrian Komunikasi dan Informatika setidaknya dibutuhkan 9 juta orang yang dikatakan mampu bertransformasi di era digital. Sementara di Indonesia sendiri baru memiliki 1,1 juta talenta digital. Ini artinya kesempatan sangat terbuka besar bagi generasi muda untuk lebih menggenjot kemampuan dirinya. Maka, generasi muda harus lebih tepat sasaran dalam menggunakan teknologi. Bukan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna.

 

Maka, para generasi muda mulai dari bangku sekolah harus mendengar isu seperti ini sejak dini. Mereka harus tau bahwa kelak mereka yang diharapkan oleh negara untuk menjadi pelaku era digital. Dengan ada isu seperti ini, anak dapat membekali dirinya dan menangkap peluangnya lebih cepat. Mereka dapat menentukan arah bidang seperti apa yang dapat mereka kenali untuk mendukung transformasi era digital.

 

Kemampuan-kemampuan itu tak sekadar unggul di kelas menguasai pengetahuan secara akademis. Kemampuan mencerna media informasi, peka isu sosial terkini, komunikatif dan mampu memecahkan masalah harus dilatih. Hal-hal itu menjadi warna-warni talenta digital yang harus dimiliki.

 

Kebutuhan manusia bertalenta digital akan semakin tinggi di dunia pekerjaan. Maka dari itu, pendidikan serta pelatihan harus semakin diperkuat untuk bisa mengisi peluang ini. Di lingkungan pendidikan sendiri, kolaborasi antara pihak sekolah dengan institusi digital akan menjadi jalan bagi siswa lebih mengenal sistem digital. Kolaborasi inilah yang dinamakan digitalisasi sekolah.

 

Sebenarnya pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran (e-learning) merupakan salah satu pengenalan yang mendasar. E-learning semakin mempermudah siswa untuk mengenal peran teknologi dalam pemecahan masalah. Sama halnya dengan e-learning, siswa juga dapat mengetahui peran teknologi jauh dari sekadar persoalan di sekolah, termasuk persoalan ekonomi, pendidikan, keuangan, hingga sosial-politik suatu negara.

 

Menilik informasi ini, Indonesia dengan segera mempersiapkan generasi muda yang semakin melek digital. Kepada masyarakat turut proaktif memberikan dukungan kepada generasi muda. Semangat dari berbagai pihak akan mampu mencetak para talenta digital yang unggul untuk mendukung Indonesia semakin digital dan maju.

 

(*) Penulis adalah pegiat PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)


Terbit di koran Analisa: 15 Juni 2022

https://analisadaily.com/e-paper/2022-06-15/files/assets/basic-html/index.html#12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM