OPINI: Kiprah ASN di Era Digital
Kiprah ASN di Era Digital
Sudah saatnya bagi ASN untuk bertransformasi mengikuti era
digital. Eksistensi para ASN hendaknya
menjadi inspirasi bagi khalayak umum. Jadi, stigma negatif tentang ASN itu
pemalas, ASN itu tidak kreatif, ASN itu berpatgulipat harus segera tergerus di
mata masyarakat.
Sejatinya, menjadi ASN memang sangat tidak mudah. Zaman
semakin maju diiringi dengan peningkatan standar kualifikasi pegawainya. Ada
persaingan ketat yang harus dimenangkan dengan menerapkan sistem digital. Harus
mengalahkan puluhan hingga ribuan pelamar demi memperebutkan satu formasi. Sistem
digital ini menjangkau serangkaian proses seleksi yang kompetitif. Pihak-pihak
yang berlaku curang dengan mudah ditelusuri. Inilah mengapa ada penilaian
istimewa bagi kemenangan menjadi ASN di era digital. Mereka tidak masuk lewat
jendela.
Statistik
hingga tahun 2021, ada sekitar 3.995.634 ASN aktif di Indonesia (sumber: BPS Maret 2022).
Angka itu tersebar di seluruh daerah tanah air baik pusat hingga sektor hilir. Dengan
angka yang sangat besar itu, maka belanja pemerintah sangat banyak dihabiskan
untuk menghidupi kehidupan para ASN. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya ASN
mengembang perannya masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab, integritas
yang berorientasi pada pelayanan publik.
ASN sebagai pemangku kebijakan di instansi pemerintah dapat
berkarya lewat institusinya masing-masing. Zaman serba digital seharusnya
memudahkan kinerja para ASN. Sistem digital dapat memangkas alur birokrasi yang
carut-marut. Selain itu, tentu akan semakin mudah mendeteksi apa yang menjadi
pergumulan masyarakat.
Sistem digital memaksimalkan ASN untuk berkontribusi dan
melebarkan performanya bagi negeri. Wajah baru memenuhi instansi pemerintah
tentu membawa harapan baru bagi sistem birokrasi negeri yang sempat dianggap
usang. Wajah-wajah baru itu pasti lebih melek digital daripada para ASN
terdahulu.
Ada nilai-nilai yang perlu
diinfiltrasi bagi ASN muda masa kini. Nilai-nilai itu memiliki makna penting
yang membuat ASN naik kelas di era digital. Hal itu menghadirkan birokrasi yang
modern dan ramah terhadap perubahan zaman. Transformasi zaman menjadi era
digital mendesak para pelayan negara untuk segera beradaptasi. Artinya. era
digital tidak hanya berlaku pada pegawai perusahaan. Di lingkungan pemerintah
juga membutuhkan orang-orang yang cerdas serta kontributif.
Sosok ASN cerdas dan
kontributif itu dinilai melek terhadap apa yang dibutuhkan zaman. ASN yang
cakap, intelektual/non-intelektual, kreatif serta inovatif yang mampu
melahirkan sebuah kebijakan terbaik untuk bangsa. Saat memberikan keputusan itu
harus memiliki dasar yang kuat, baik teoritis, faktual berdasarkan data maupun
hasil penelitian. Bukan karena dugaan, subjektivitas atau ikut-ikutan.
Orientasinya tetap kepada kemaslahatan publik dan negara.
Maka, di zaman serba digital
dibutuhkan softskill yang menuntut para
ASN getol berliterasi. Dengan berliterasi, ASN mampu mengikuti serta menyaring
informasi dengan benar, mempertajam nalar dan menambah pengetahuan bagi dirinya.
Banyak hal positif yang diperoleh dengan kemampuan literasi yang baik untuk
pengembangan diri para ASN. Mendekatkan diri dengan literasi menjadi proses
membentuk para ASN lebih berkualitas dengan pola mindset yang modern.
ASN semestinya sarat dengan
prestasi mendulang yang bermanfaat bagi negara. Tak hanya tugas para akademisi,
praktisi ASN juga dapat mengamati apa yang menjadi permasalahan negara. Masalah
yang menimbulkan kejanggalan bisa
diatasi melalui riset mandiri serta kegiatan ilmiah lain seperti penelitian, menulis,
critical review. Kemampuan seperti
ini terjangkau dengan kepekaan seorang ASN terhadap isu nasional maupun kancah
dunia. Daya tarik untuk mencari solusi mendorong para ASN untuk mengkloning cara
solutif dengan mencari pembanding yang telah lebih dulu menerapkan perubahan
tersebut.
Tak harus mencantumkan gelar
ASN untuk bisa menunjukkan gigi. ASN dapat berkarya dengan banyak cara yang
unik tetapi tepat arah. Kemampuan berjejaring mendukung para ASN untuk
melangkah lebih optimis menghadapi era digital. Bayangkan bila ASN memanfaatkan
era digital dengan menambah kemampuan digitalnya untuk melayani publik. Dengan
kemampuan digital itu, ASN masa kini jauh lebih bermartabat untuk mengubah
wajah birokrasi negeri menjadi lebih bersih.
Sistem digital membuat
kinerja ASN dapat diamati lebih transparan dan objektif. Memang berat dan tidak
mudah untuk diikuti. Akan tetapi, ini menjadi peluang bagi ASN untuk mampu bersaing
dengan elegan. Dengan mengikuti arus modernisasi, ASN yang mau belajar dinilai
semakin unggul. Kemampuan digital menjadi aset penting bagi keberhasilan
negara.
Penilaian bisa menjadi ASN
bukan sekedar kerja santai tetapi bagaimana termotivasi untuk berkontribusi
yang baik untuk negara. Negara ini membutuhkan pemikir-pemikir jeli yang
berasal dari kalangan ASN. Dan berlatih menjadi pemikir-pemikir itu harus
mendekatkan diri dengan apa yang menjadi persoalan negara setiap harinya.
Bonus demografi semakin
dekat di depan mata dan akan dipanen bersamaan dengan era digital. Fenomena ini
merupakan kesempatan yang harus ditangkap dan tidak boleh disia-siakan. ASN
bertalenta digital menjadi isu popular yang saat ini sangat
digaungkan-gaungkan. Dan Indonesia masih terbatas memiliki pekerja yang
bertalenta digital. Targetnya 9 juta
talenta digital tercapai sampai tahun 2035 (sumber: investor.id).
ASN milenial harus
menyiapkan dirinya dari sekarang untuk lebih kompeten di era digital. Teknologi
yang berkembang pesat, maka pemerintah juga harus bergerak cepat. Menjelang
puncak bonus demografi di tahun 2030, akan terjadi ledakan bisnis yang luar
biasa. Proyeksinya, keberhasilan ini membawa Indonesia masuk dalam 10 jajaran
negara dengan perekonomian terbesar di dunia. PDB-nya bisa bertumbuh tujuh kali
lipat hingga pada akhir masa demografi di tahun 2045. Tahun itu dimana
memperingati 100 tahun kemerdekaan Indonesia.
Di sinilah saatnya bagi ASN
untuk mengubah dan merevolusi sistem yang berkekurangan di tengah-tengah masyarakat.
Fenomena bonus demografi dengan peledakan jumlah masyarakat yang produktif akan
mendukung pergerakan beragam sektor di Indonesia.
Sistem revolusi digital tak
hanya diterapkan ASN di lingkungan pemerintah, melainkan di kehidupan
sehari-hari pada ekosistem masyarakat. Misalnya ASN dengan bijaksana
menggunakan platform digitalnya (media sosial) untuk mengampanyekan hal-hal
positif, menjunjung netralitas, tidak menebar isu SARA, proaktif dengan zaman
serta informatif. Esensi ASN yang edukatif dan inklusif akan membawa harmoni bagi
kehidupan masyarakat.
(*) Penulis adalah warga
biasa dan bergiat di Perhimpunan Suka Menulis (PERKAMEN)
Komentar
Posting Komentar