CERPEN: Hantu Fasilkom

http://sorotdaerah.com/hantu-fasilkom/


“Karena akan berakhir semester 6 ini, saya mau kalian semua membentuk kelompok menjadi 3 orang per kelompok untuk mengerjakan tugas sebagai nilai praktek sistem multimedia”, Tya teringat akan perintah Pak William, seorang dosen pengampu mata kuliah sistem multimedia lulusan dari Universitas Kentucky, Amerika Serikat.
Adapun Tya, mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu kampus negeri di Palembang. Di kelasnya tidak banyak perempuan mengambil jurusan ini. “Kita anak teknik, bro”, begitulah sahutnya ketika memproklamirkan jurusannya kepada teman-teman satu kost-annya.
“Alah, sok kali lah kau, Tya. Cuma kau nya wanita di kelas itu. Tapi, gak bisa kau jadi idola. Banyak kali cakapmu”, ledek Nova kepadanya.
“Sori, Nova. Kita tidak zaman cinta lingkungan”, hiburnya.
“Hahah, bilang sajalah. Kau bukan tipe mereka”, ledek Nova lagi.
“Eeeh, sepele anda. Akan tiba waktunya nanti. Kamu duduk tenang saja. Aku gak mau cari sensasi ajanya, Nov”, ujarnya sambil mengepakkan rambut hitamnya yang mirip dengan rambut putri dari raja Ptolemy XII, Firaun, raja Mesir yang berkuasa pada tahun 80-58 SM dan 55-54 SM ,Cleopatra.
Keesokan harinya…
“Teman-teman, segeralah dikerjakan tugas sistem multimedia yang disuruh Pak William. Aku sudah buat kelompok-kelompok kita. Biar adil kesemuanya”, ujar ketua kelas.
“Oke, pak ketua”, ujar semuanya.
“Lah, hanya aku cewek di grup kita ini?”, tanya Tya dengan kaget melihat kearah secarik kertas yang bertuliskan nama-nama anggota kelompok.
“Iya lah, mau gimana lagi. Ini yang dibagikan komting sama kita”, ujar Christo.
“Jadi, apa konsepnya film multimedia kita ini”, tanya Tya.
“Begini saja, kisah cinta kau dan si Tya. Konsepnya adalah, cinta pada pandangan pertama karena pertemuan kau dengan si Tya pas ospek penerimaan mahasiswa baru. Nah, hanya saja kau tak mampu menyatakan perasaanmu karena aku sebagai orang yang dekat dengan si Tya. Dugaanmu kalau si Tya nyamannya sama aku. Jadi kau hanya mampu menahan rasa sukamu terus diam seribu bahasa dan jadi penyakit samamu. Kau harus mampu mengekspresikan hatimu yang terbakar api cemburu karena aku dekat dengan si Tya. Ya, begitulah kira-kira cerita pendeknya,” ujar Edy dengan ngawur.
“Ah, apanya kau. Gak ada yang lebih kreatif lagi idemu itu Edy, memang pas lah namamu ide,,, ehh Edy maksudku”, ujar Christo dengan cakap ngawurnya.
“Aduh, udahan lah bercandanya. Tugas kita ini dikumpul minggu depan loh. Jadi, seriuslah kita ya konkawan. Ayolah pikirkan konsepnya. Belum lagi memikirkan editingnya”, tutur Tya.
“Entah apa ide si Edy ini. Cerita itu mah terlalu biasa. Bisa pula mencintai si Tya menjadi penyakit samaku. Sampai terbakar hatiku. Menyiksa kali samaku”, ledek Christo sambil melirik ke arah Tya.
“Awas kau ya To, nanti lama-lama ada perasaanmu samaku”, ucap Tya dengan nada mengejek.
“Sudahlah, cukup intermezzo-nya. Kalau gak cocok ide ku yang terlalu mainstream itu. Kita cari ide lain yang lebih greget”, ujar Edy.
“Begini saja, ayo kita buat cerita bernuansa horor. Si Tya jadi hantunya”, sahut Christo.
“Hem, aku lagi jadi objeknya kalian buat. Kenapa mesti aku yang menjadi hantunya”, ujar Tya.
“Gak hanya kamu yang jadi hantu disini Tya, tenang saja. Ada aku jadi temanmu. Christo, si hantu yang malang”, ujar Christo.
“Iya, boleh juga tuh. Kau ciptakanlah alurnya. Tapi janganlah itu judulnya. Hantu Fasilkom saja, gimana?”, ujar Edy.
“Ok, fix”, sahut ketiganya.
Jadi, semulanya berawal dari Christo, yang berperan sebagai tokoh mahasiswa yang terkunci di dalam gedung fakultas ilmu komputer (Fasilkom) di kampusnya. Christo berteriak meminta tolong karena hanya dia yang berada di dalam gedung fasilkom dibalik pintu kaca keluar-masuk kepada salah satu petugas kebersihan.
“Pak, pak. Tolong buka pintunya. Saya terkunci di dalam”, teriaknya sembari ber-acting. Namun, petugas kebersihan tersebut tidak mengindahkannya.
Tiba-tiba, Christo dikejutkan dengan penampakan seorang wanita yang menundukkan kepalanya di atas bangunan tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua dan melihat ke arahnya.
“Hei, kamu siapa. Mengapa kamu ada disini?, apakah kamu terkunci juga bersamaku?, tanya Christo kepada wanita itu.
Tetapi, Tya hanya termangu diam membisu.
“Ada apa dengan wanita ini?, aneh sekali”, gumamnya dengan nada pelan.
Christo pun melanjutkan langkahnya menuju lantai dua untuk mencari pintu lain sebagai jalan keluar. Tetapi, ia dikejutkan kembali dengan penampakan Tya yang muncul tiba-tiba di hadapannya di dekat pintu kaca yang hendak ia tuju.
“Astaga, mengapa kau ada di sini. Bukannya kau tadi ada di tangga”, sentaknya ke arah Tya. Akhirnya dia menyadari bahwa yang dihadapannya bukanlah manusia, melainkan hantu seorang gadis yang tidak tau asal-usul kematiannya. Christo pun lari terbirit-birit menuju ke ruangan multimedia karena terkejut akan penampakan hantu wanita tersebut. Dengan panik, sambil mengeluarkan telepon genggam di sakunya, tiba-tiba hantu Tya semakin mendekat kepadanya. Seraya ingin menyampaikan pesan kepada Christo.
“Siapa kau!. Mengapa kau selalu muncul di hadapanku. Mengapa aku bisa melihatmu”, teriaknya ke arah Tya.
“Apakah aku harus menjawab pertanyaanmu?”, acting Tya yang sudah tidak tahan menahan tawanya di dalam hati karena berperan sebagai hantu.
Namun, Tya hanya merunduk diam tak berkata apa-apa dan tiba-tiba menghilang dari sampingnya dan muncul sekilas di depan ruangan kelas sambil menyentuh alat tulis (spidol) dan menulis sesuatu dengan huruf kapital, TYA. Christo hanya bisa teriak dan berlari keluar dari pintu ruangan tersebut menuruni tangga dan menuju ke ruangan kamar mandi yang telah tertutup pintunya. Tetapi, ruangan tersebut terlihat aneh baginya. Kamar mandi ini rusak, begitu tertulis di pintu kamar mandi tersebut. Timbullah rasa penasarannya, karena ia merasa bahwa kamar mandi tersebut tidaklah rusak untuk beberapa hari yang lalu. Ternyata, Ia dikejutkan dengan seonggok daging yang tak bernafas lagi, ternyata adalah mayat yang merupakan dirinya sendiri. “Tidaaaakkk”, teriaknya setelah melihat mayat tersebut.
Akhirnya, Christo pun mengingat akan hal yang menimpa dirinya.
“Oh, sejauh ini aman. Kali ini berapa unit yang akan kita tukar mobiler-mobiler di ruangan fakultas ini?”, ujar Edy yang memerankan tokoh sebagai tukang sapu yang memainkan aksi jahatnya untuk menukar seluruh peralatan laboratorium komputer dengan yang palsu. Namun, pembicaraannya didengar secara tidak sengaja di balik tangga oleh Christo. Christo pun muncul untuk memperingatkan Edy bahwa perbuatannya itu sangat merugikan kampus. Namun, Edy bersikukuh dan mengancam Christo apabila perbuatannya dilaporkan ke pihak dekan.
“ Nasibmu akan sama dengan si Tya”, sentak Edy.
“Apa yang telah kau lakukan padanya, kau yang telah membunuhnya. Pembunuh kau!”, teriaknya ke arah Edy.
Terjadilah perkelahian sengit antara keduanya. Hingga akhirnya Edy mengeluarkan sebilah pisau yang disimpan dibalik sakunya sebagai senjata untuk berjaga apabila sesuatu mengancam dirinya. Ia pun menancapkan pisau tersebut dan merobek ke arah bagian abdomen Christo. Dan Christo pun dimasukkan ke dalam sebuah kardus sebelum mayatnya diamankan oleh Edy.
Begitulah ingatan Christo kembali pada dirinya.
“Kau sudah mati Christo”, ujar Tya dengan actingnya.
“Tidaaaakkkk”, Christo hanya mampu berteriak akan kematiannya yang tidak wajar.
***
Karena film pendek tersebut itu. Akhirnya ketiga mendapatkan nilai A. Tidak hanya itu, mereka bertiga pun dikenal oleh para dosen dan mahasiswa-mahasiswa di kampus tersebut karena cerita hantu buatan mereka. “Siapa sih hantu fasilkomnya?”. Begitulah pertanyaan setiap mereka yang menonton film pendek tersebut. (*)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM