DIKSI



Bab 1
Pendahuluan
1.1       Latar Belakang
Standar Kompetensi bab ini adalah kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam menentukan diksi. Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika kita menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunakan kata-kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus-menerus dalam bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosa kata. Yang terpenting dalam menulis adalah penguasaan kosa kata yang merupakan bagian dari diksi. Ketepatan diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti.
Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata pengarang dalam mengggambarkan “cerita” pengarang. Walaupun dapat diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, ungkapan-ungkapan.









Bab 2
Pembahasan
2.1       Pengertian Diksi
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 1994)  pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Menurut Harimurti (1984) dalam Kamus Linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam umum atau dalam karang-mengarang. Fungsi dari diksi antara lain :
  • Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
  • Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
  • Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
  • Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang- mengarang, hal tulis-, menulis, serta tutur sapa. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang bertalian dengan ungkapan-ungkapan individu atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik yang tinggi.
Diksi dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua diksi yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi daripada pemilihan kata dan gaya.
            Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa.
 Diksi memiliki beberapa bagian pendaftaran kata formal atau informal dalam konteks sosial adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks. Selain itu juga Diksi, digambarkan dengan kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya atau kemampuan membedakan secara tepat nuansa – nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Jika dilihat dari kemampuan pengguna bahasa, ada beberapa hal yang mempengaruhi pilihan kata, diantaranya :

  •   Tepat memilih kata untuk mengungkapkan gagasan atau hal yang ‘diamanatkan’.
  •   Kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. 
  • Menguasai sejumlah kosa kata (perbendaharaan kata) yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.

2.2   Persyaratan Diksi
Dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan dalam memilih kata (diksi) yaitu Ketepatan dan Kesesuaian.  Ketepatan adalah kesesuaian pemakain unsur unsur yang mebentuk suatu kalimat sehinggatercipta suatu pengertian yang pasti / masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapan sebuah gagasan atau ide. Tepat artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Persyaratan kesesuaian menuntut kecocokan antara kata-kata yang dipakai dengan kesempatan dan keadaan pembaca. Kesesuaian adalah kecocokan dalam mempergunakan kata, kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang yang akan digunakan dalam kesempatan tertentu. Walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tambahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain.

Syarat Ketepatan Pemilihan Kata Terdapat 6 syarat yaitu :
1.    Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
Contoh : Bunga Mawar, Bunga Bank
2.    Dapat membedakan kata-kata yang bersinonim
 Contoh : Pengubah, Peubah
3.    Dapat membedakan kata kata yang hampir mirip dengan ejaannya
     Contoh :  Karton - kartun- Preposisi – Proposisi
4.    Dapat memahami dengan tepat kata kata abstrak
     Contoh : Kebijakan, Kebajikan, Kebijaksanaan
5.    Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat
     Contoh : Antara......dan....Baik...maupun....
6.    Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus
     Contoh : Kata umum : melihat
                          Kata Khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi

Syarat-syarat Kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.      Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang   formal.
2.      Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.      Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.       Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
5.      Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.       Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.      Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.

a). Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata/ frase
Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat, seksama, lazim, dan benar.
1). Tepat
Pengertian tepat adalah pemilihan kata dengan menempatkan kelompoknya.
Contoh:
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata. Kelompok kata pandangan mata memang tepat susunannya sedangkan kelompok mata lihatan mata tidak tepat susunannya. Jadi, walau kedua kata itu bersinonim, tetapi tidak dapat saling menggantikan. Dengan kata lain, kedua kata itu mempunyai pasangan tertentu/ khusus yang menimbulkan pengertian tepat.
2). Seksama
Pengertian seksama adalah makna kata harus benar dan sesuai dengan apa yang hendak disampaikan. Unsur seksama lebih ditekankan pada unsur kelompok katanya.
Contoh:
Kata besar, agung, akbar, raya dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar atau hari tinggi.
Unsur seksama ini berhubungan dengan makna kata serta berpaut dengan pengertian sinonim, homonim, antonim, polisemi, dan hipermini. Sinonim dapat disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1.      Pengaruh bahasa daerah
2.      Perbedaan dialek regional
3.      Pengaruh bahasa asing
4.      Perbedaan dialek sosial
5.      Perbedaann ragam bahasa
6.      Perbedaan dialek temporal
Contoh-contoh lainnya pemakaian kata-kata yang bersinonim adalah sebagai berikut:
a)      Takdir dan nasib
b)      Menyimak, menanggap, menelaah
c)      Membahas, memaparkan, menguraikan
d)     Sewenang-wenang, dan tidak semena-mena
e)      Tukar dan ganti
Homonim ialah kata yang bentuknya sama tetapi artinya berbeda-beda. Contohnya:
antara kata bisa yang berarti “ dapat ”dengan bisa yang berarti “ racun ” ialah yang disebut dengan homonim. Homonim ini terjadi disebabkan oleh dua hal:
Kata yang berhomonim yang berasal dari bahasa yang berlainan. Umpamanya kata bisa yang berarti “racun” berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata bisa yang berart “dapat” berasal dari bahasa Jawa. Kedua, kata-kata berhomonim itu terjadi karena hasil proses morfologi. Misalnya, kata bentukan mengukur dapat berarti ‘mempergunakan alat ukur’. Kata bentukan mengukur yang pertama berasal dari proses pengimbuhan me- pada kata dasar kukur (me + kukur menjadi mengukur) sedangkan kata bentukan mengukur yang kedua berasal dari proses pengimbuhan me- pada kata dasara ukur (me + ukur menjadi mengukur).
Homonim dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu: homofon dan homograf. Homofon artinya adalah kata yang bunyinya sama, tetapi tulisannya berbeda dan artinya juga berbeda. Contohnya adalah kata ‘bank’ dan ‘bang’ .Homograf adalah kata yang tulisannya sama, tetapi bunyinya berbedan dan artinya juga berbeda. Contohnya adalah kata ‘teras’, e dilafalkan keras/ taling dan ‘teras’, e dilafalkan lemah.
 Kata antonim berasal dari bahasa Yunani yaitu aroma yang berarti ‘nama’ dan anti yang berarti ‘melawan’. Jadi, secara harafiah, antonim adalah dua patah kata yang maknanya berlawanan seperti antara kata atas dengan kata bawah, antara kata hidup dengan kata mati. Oleh sebab itu, kita hendaklah mampu membedakan dengan baik dan cermat kata-kata yang berlawanan ini.
Polisemi berarti sepatah kata mempunyai arti lebih dari satu. Polisemi dengan pengertian sepatah kata yanglebih dari satu ini timbul karena sepatah kata yang asal-usulnya sama ini dipergunakan dalam bentuk yang berbeda-beda. Dalam polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini:
a)      Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu. Contoh :
a. Saya masih punya hubungan darah dengan keluarga Bu Rani. (darah=kesaudaraan).
b. Tubuhnya berlumuran darah setelah kepalanya terbentur tiang listrik. (darah=yang berada dalam tubuh).
b)      Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu dipakai untuk memberi keterangan benda lain. Umpamanya adalah bagian-bagian tubuh manusia seperti pinggang, leher, kaki, serta mulut. Kata-kata tersebut dipakai untuk memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingan yang sama seperti terdapat pada bentuk pinggang perahu, leher botol, kaki meja, dan mulut sungai.
c)      Sepatah kata konkret dapat pula dipergunakan untuk suatu pengertian abstrak. Misalnya, kata-kata menyala, meluap serta berkobar pada bentuk-bentuk berikut. Contohnya adalah kemarahan abang menyala-nyala karena anak itu diam seribu bahasa.
d)     Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indra yang menerimanya. Gejala ini disebut sinestesia. Misalnya, kata pedas dan manis.Contohnyaadalah
Kata-kata ayah si Amis sangat pedas untuk anak seusia dia.
Cabai itu rasanya sangat pedas.
Hipermini ialah kata-kata yang maknanya mencakup makna kata-kata yang lainnya. Misalnya, kata bunga melingkupi makna kata-kata anggrek, kamboja, mawar, melati. Kata-kata yang berhipermini selalu bersifat umum karena maknanya meliputi sejumlah kata yang lainnya.
Hiponim adalah kata-kata yang maknanya termasuk di dalam makna kata-kata lainnya. Misalnya, makna kata merah sudah termasuk serta merupakan bagian di dalam kata warna.
3). Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Oleh karena itu, didalamnya janganlah dipergunakan ungkapan, frase serta kata-kata yang belum menjadi milik Indonesia.
4.) Benar
          Yang dimaksud dengan benar adalah pilihan kata itu haruslah mempunyai bentuk yang sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu.

b). Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata
Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan makna kata harus memperhatikan sudut makna kata itu sendiri. Makna kata itu meliputi:
a)      Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut maka konseptual, makna denotasional atau makna kognitif karena dilihat dari sudut yang lain. Pada dasarnya sama dengan makna referensial sebab makna denotasi ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran. Dalam beberapa buku pelajaran, makna denotasi sering juga disebut makna dasar, makna asli, atau makna pusat. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna denotasi adalah makna sebenarnya yang apa adanya sesuai dengan indera manusia. Kata yang mengandung makna denotatif mudah dipahami karena tidak mengandung makna yang rancu walaupun masih bersifat umum.  Makna yang bersifat umum ini maksudnya adalah makna yang telah diketahui secara jelas oleh semua orang. Berikut ini beberapa contoh kata yang mengandung makna denotatif:
1. Dia adalah wanita cantik
Kata cantik ini diucapkan oleh seorang pria terhadap wanita yang berkulit putih, berhidung mancung, mempunyai mata yang indah dan berambut hitam legam.
2. Tami sedang tidur di dalam kamarnya.
Kata tidur ini mengandung makna denotatif bahwa Tami sedang beristirahat dengan memejamkan matanya (tidur).
Masih banyak contoh kata-kata lain yang mengandung makna denotatif selama kata itu tidak disertai dengan kata lain yang dapat membentuk makna yang berbeda seperti contoh kata wanita yang makna denotasinya adalah seorang perempuan dan bukan laki-laki. Namun bila kata wanita disertai dengan kata malam (wanita malam) maka akan menghasilkan makna lain yaitu wanita yang dikonotasikan sebagai wanita nakal.
b)      Makna Asosiatif
Makna Asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.  Makna asosiatif ini sebenarnya sama dengan perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada konsep asal kata atau leksem tersebut.
Contoh:
Kata kursi berasosiasi dengan ’kekuasaan’. kata amplop berasosiasi dengan ’uang suap’.
Kata melati berasosiasi dengan ’sesuatu yang suci atau kesucian’.
Kata merah berasosiasi dengan ’berani’ atau ’paham komunis’.
Kata buaya berasosiasi dengan ’jahat’ atau juga ’kejahatan’.
Kata Cendrawasih berasosiasi dengan makna ’indah’. Makna asosiatif dibagi menjadi lima macam, antara lain:

a)  Makna konotatif
Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan.
Contoh :
(1)   Perempuan itu ibu saya.
(2)   Ah, dasar perempuan.
Pada contoh (1) kata perempuan memiliki makna sifat keibuan, saying, lemah, lembut, dan berhati manias. Sedangkan kalimat (2) kata perempuan memiliku makna yang suka bersolek, suka pamer, dan egoistis. 

b)  Makna stilistik
Makna stilistika ini berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.
Contoh :
- ‘perbandingan’:        Seperti air di daun keladi
                                  Laksana bulan purnama
                                  Semanis madu, sepahit empedu
- ‘pertentangan’,
   Contoh:          
 Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
Olah raga mendaki gunung memang menarik perhatian meskipun sangat berbahaya.
 - ‘pertautan’:  Tolong ambilkan gudang garam itu (=rokok)
                       Beliau telah pulang kerahmatullah.

c)  Makna afektif
Makna afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan
Contoh :
Seseorang berkata ”Datanglah ke pondok buruk kami” urutan kata pondok buruk mengandung makna afektif terlihat adanya rekasi yang berhubungan dengan perasaan pendengar. Kalau seseorang berkata ”monyet’’ maka mengandung makna yang berhubungan atau mengakibatkan perasaan tersinggung. Dengan kata lain kata monyet memiliki makna yang berkaitan dengan nilai rasa. Kata monyet berhubungan dengan penghinaan.
Contoh:           Anjing kamu, mampuslah!
                        Dasar bajingan!
-Seseorang yang ditegur dengan kata “Dasar anak bodoh”. Bagaimana perasaan sipenutur terhadapnya atau dengan cara tidak langsung seperti “Bukannya tidak pandai melainkan malas belajar”.
Makna afektif ini lebih terasa dalam bahasa lisan daripada bahasa tulisan. Makna ini berhubungan dengan nilai rasa atau emosi pemakainya, ada sejumlah kata yang secara konseptual bermakna sama tetapi secara emosional memiliki nilai rasa yang berbeda. 

d)  Makna refleksi
Makna reflektif adalah makna yang timbul akibat pesapa menghubungkan makna konseptual yang satu dengan makna konseptual yang lain sehingga menimbulkan refleksi (assosiasi) kepada makna lain. Makna ini cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat sakral (kepercayaan), tabu (larangan), atau tata krama (kesopanan). Makna reflektif yang berkaitan dengan dengan sakral dan tabu disebut maknapiktoral, sedangkan yang berhubungan dengan kesopanan disebut maknagereplektif.

e)                   Makna kolokatif
Makna kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.
Contoh :
garam, gula cebe, yang berkolokasi dengan bumbu masak. cantik, molek, berkolokasi dengan wanita.

f)                   Makna Interpretatif
Makna ini berhubungan dengan penafsiran danjuga tanggapan dari pendengar maupun pembaca.
Contoh:
Si X menulis/berbicara dan si Q mendengar/membaca. Lalu si Q kan memberikan penafsiran pilihan kata/ diksi yang dilakukan si X. Tafsiran dan tanggapan si Q haruslah sesuai dengan pilihan kata si X.

c). Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata
Dalam pilihan kata/diksi harus selalu meperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata.
Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan:
1.                  Tingkat sosial
2.                  Daerah/geografi
3.                  Formal dan non formal
4.                  Umum dan khusus.
Dalam pilihan kata/diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata.  Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan lebih cepat dan mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
1.                  Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
2.                  Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek
3.                  Resmi/formal dan tidak resmi/non formal yang mengakibatkan terjadinya bahasa baku/bahasa standar dan bahasa yang tidak baku/bahasa nonstandar.
4.                  Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan bahasa khusus/bahasa profesional
Bahasa Indonesia tidak mengenal pemakaian bahasa berdasarkan tingkat sosial. Didalam bahasa Indonesia kta-kata tertentu kita bedakan penggunaannya karena adanya perbedaan rasa bahasa, seperti kasar, halus, sayang, benci, hormat, dll.
Pilihan kata/ diksi juga harus memperhitungkan kata-kata dan makna yang profesional. Pilihan kata /diksi berdasarkan profesi tidak sama dengan istilah. Pilihan kata berdasarkan profesi merupakan pilihan kata yang telah kita lazimkan jika orang membicarakan masalah  tertentu.
 Contoh:

Umum             Profesional
Dibuat             dirakit
Tengah            madya
Tukang            ahli
d). Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Mengarang
Pilihan kata pada bagian ini sangatlah penting. Pilihan kata di sini haruslah tepat dan haruslah dapat mewakili apa yang dimaksud. Pilihan kata yang sesuai karang-mengarang haruslah memperhatikan hal-hal berikut ini:
I.                        Pilihan kelompok kata yang berpasangan tetap
Di dalam mengarang sebaiknya dipergunakan kelompok kata yang berpasangan tetap. Terkadang adapula kata-kata yang dapat dipasangkan dengan berbagai kata depan/ kata hubung lainnya. Contohnya: terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas. Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan.
II.                        Pilihan kata yang langsung
Dalam karang mengarang sebaiknya dipilih kata-kata yang langsung serta tidak mempergunakan kalimat, frase, maupun bentuk yang bersifat uraian, panjang, dan berbelit-belit. Pilihan kata-kata itu haruslah yang berisi, terarah dan lugas.
Contoh:
Ia menelepon kekasihnya ,(Pilihan kata yang langsung)
Ia memanggil kekasihnya melalui telepon, (Pilihan Kata yang panjang dan berbelit-belit).
III.                        Pilihan kata yang dekat dengan pendengar atau pembaca
Pilihan kata/diksi pada bagian ini harus sesuai dengan tingkat sosial, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan lawan berbicara, sehingga pembicara/ penulis dekat dengan pendengar/ pembaca.


2.3 Kata ilmiah, kata populer, kata jargon dan Slang
Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah, pertemuan-pertemuan resmi, serta diskusi-diskusi khusus.
Yang membedakan antara kata ilmiah dengan kata populer adalah bila kata populer digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan, kata-kata ilmiah digunakan pada tulisan-tulisan yang berbau pendidikan yang juga terdapat pada penulisan artikel, karya tulis ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis maupun desertasi. Agar dapat memahami perbedaan antara kata ilmiah dan kata populer, berikut daftarnya:        
Kata Ilmiah
Kata populer
Analogi
Kiasan
Final
Akhir
Diskriminasi
perbedaan perlakuan
Prediksi
Ramalan
Kontradiksi
Pertentangan
Format
Ukuran
Anarki
Kekacauan
Biodata
biografi singkat
Bibliografi
daftar pustaka
           
Jargon mengandung beberapa pengertian. Pertama, jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap kurang sopan atau aneh. Kedua, jargon diartikan sebagai bahasa yang timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dianggap sebagai bahasa perhubungan. Ketiga, jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang tertentu.  
             Kata slang adalah kata percakapan yang tinggi atau murni. Kadang, kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Contoh Slang : asoy, manatahan, belumtahu, dia, dan sebagainya (bersifat sementara).


2.4  Pilihan kata dan penggunaannya
1). Kata dari dan daripada
Menurut Kusno B.S (1990:80-82) ada enam fungsi kata depan dari, yakni:
a). Untuk menyatakan keterangan tempat asal sesuatu atau menyatakan asal sesuatu dibuat.
b). Untuk menyatakan keterangan sebab.
c). Untuk menyatakan bahwa sesuatu merupakan anggota dari suatu kelompok.
d). Kata tergantung + dari membentuk ungkapan tetap.
e).  Untuk menyatakan kekhususan atau pembatasan suatu hal.
f). Untuk menyatakan alasan (dari = berdasarkan).
·                     Kata "dari".
Kata   dari  dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul). Perhatikan contoh-contoh berikut :
1. Pak Yudi berangkat dari Padang pukul 07.30.
2. Perhiasan Bu Mora terbuat dari emas murni.
Kata dari tidak dipakai untuk menyatakan milik atau kepunyaan. Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan pemakaian kata dari yang tidak benar :
1. Anggota DPRD dari Bengkalis mengadakan kunjungan ke daerah Gunung Pangilun.
2. Anak dari tetangga Pak Salman telah meninggal dunia.
·                     Kata "daripada".
Kata daripada berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal dengan benda atau hal lainnya.
Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
  1. Orang Batak  lebih  sukar dipahami daripada orang Minang.
  2.  Orang beriman lebih baik daripada orang ingkar.
Berikut contoh-contoh pemakaian kata daripada yang tidak benar:
1. Para pejabat itu semestinya tahu bahwa kepentingan daripada rakyat adalah yang utama.
2. Sejarah daripada perjuangan bangsa ini telah membuktikan bahwa imanlah sumber inspirasi dan motivasi yang paling kuat.
2). Kata pada dan kepada
·                     Kata “pada”.

a.) Digunakan untuk waktu, manusia, hewan, tempat dan benda-benda yang bersifat abstrak.
Contoh:
Kasut yang saya beli tadi ada pada adik.
Sambutan Aidilfitri itu akan diadakan pada malam Jumat.
b). Sebagai pengantar keterangan waktu.
Contoh:
Pada hari Minggu banyak orang pergi ke Brastagi.
Saya pernah berjumpa dengan pada suatu sore.
c). Bersama-sama dengan kata tertentu membentuk suatu ungkapan.
Contoh:
Pada prinsipnya saya menyetujui hal itu.
d). Dipakai bersama-sama dengan kata bergantung menjadi bergantung pada.
Contoh:
Semua itu bergantung pada kemampuan saudara.
Dalam pemakaiannya, kata depan pada sering digunakan kurang tepat, seperti:
Tolong ambilkan buku saya pada* laci meja itu.
Kata depan pada dalam kalimat-kalima di atas sebaiknya diganti dengan kata depan di
·                     Kata “kepada”

a). Untuk mengantar objek tak langsung pada kalimat.
Contoh:
Hal itu sudah dikatakannya kepada saya.
b). Untuk mengantarkan objek pada kalimat yang predikatnya berupa adjektiva.
Contoh:
Pedagang yang didepan rumah kami itu sangat baik kepadanya.
            Dalam struktur kalimat tertentu yang predikat kata kerja aktif transitif dan bersufik-kan (melakukan pekerjaan untuk orang lain), kata depan kepada tidak boleh digunakan untuk mengantar obyek penyerta atau obyek perbandingan.
Contoh:
Kakak membuatkan ayah segelas air putih.
Kakak membuatkan kepada* ayah segelas air putih.
Dalam contoh itu, sufik-kan sudah secara implisit menyatakan kepada atau untuk.
Berikut contoh penyimpangan pemakaian kata depan kepada, yakni:
Kepada* mahasiswa yang kehilangan kartu Perpustakaan diharap melapor kepala tata usaha.
Mahasiswa yang kehilangan kartu Perpustakaan diharap melapor kepala tata usaha.
3). Kata di dan ke

Ada dua cara penulisan kata  di   dan   ke, yaitu:
1.Dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.
2. Dipisahkan dari kata yang mengikutinya.  
Di   ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya apabila kata yang mengikuti kata   di   tersebut tergolong kata kerja. Dalam istilah tatabahasa dikatakan apabila di  tersebut tidak dapat digantikan oleh ke. Jadi, karena dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak ada bentuk keambil kebawa, ketulis, kebaca, dan kebeli, maka jika kata-kata dasar tersebut dihubungkan dengan  di   harus dituliskan dibawa, ditulis, dibaca, dibeli.

Contoh :
di + pegang  =  dipegang
di + tembak = ditembak
di + terima = diterima
Sebaliknya jika kedudukan di   tersebut bisa digantikan oleh   ke   maka penulisannya harus dipisahkan.
Menurut istilah tatabahasa,  di  harus terpisah dengan kata yang mengikutinya jika  di  berfungsi sebagai kata depan.
Kata   di   dan   ke   berfungsi sebagai kata depan jika diikuti oleh :
1. Kata benda
Contoh:
di rumah    -     ke rumah
di pasar      -    ke pasar
di sekolah   -   ke sekolah
di laut         -    ke  laut
2. Kata yang menunjukkan arah atau tempat
Contoh:
di sana - ke sana
di situ - ke situ
di dalam - ke dalam
di utara - ke utara
Kata   ke    harus ditulis serangkat dengan kata yang mengikutinya jika  ke tersebut;
1. Diikuti oleh kata bilangan, baik kata bilangan tentu maupun kata bilangan tak tentu
Contoh:
ke + satu = kesatu
ke + sepulau = kesepuluh
ke + sekian = kesekian
2.Diikuti oleh kata :  kasih, tua,  hendak
3. Sebagai bagian dari kata yang bersangkutan.
Contoh:
kemarin, kemudian, kepala, kepada
Perlu diperhatikan  penulisan kata   di   bila diikuti kata   samping dan  penulisan kata  ke  bila diikuti kata    luar.  Masing-masing kata itu mempunyai dua bentuk penulisan, ada yang digabung ada yang dipisah.
Di  dan  samping ditulis terpisah jika menunjukkan  arah atau tempat.
Contoh:
Rumahnya persis berada di samping Masjid Darul Hikmah Desa Aia Janiah Pematang Pudu, Duri.
Di   dan  samping ditulis serangkai jika kata tersebut mengandung makna kecuali atau selain.
Contoh:
Disamping sebagai pegawai negeri, ia juga seorang wiraswastawan.
Perbuatan itu disamping merugikan diri sendiri juga merugikan orang lain.
Kata  ke   dan luar ditulis terpisah apabila kata tersebut merupakan kebalikan dari kata  ke  dalam.
Contoh:
Ia sering bertugas ke luar kota.
Yudi sering bepergian ke luar negeri untuk mengajar tentang bahasa Minangkabau.
Ke  dan  luar  ditulis serangkai jika  kata tersebut lawan dari kata   masuk.
Contoh:
Badu keluar dari perusahaan tempat ia bekerja untuk menjadi pengusaha.
Pramuka SIT Mutiara keluar masuk hutan untuk mendapatkan Penegak Garuda.


Bab 3
Simpulan
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 1994)  pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan dalam memilih kata (diksi) yaitu Ketepatan dan Kesesuaian. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata – kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan, bagaimana membentuk pengelompokan kata – kata yang tepat atau menggunakan ungkapan – ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi.
Syarat Ketepatan Pemilihan Kata Terdapat 6 syarat yaitu:
1.      Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi
2.      Dapat membedakan kata-kata yang bersinonim
3.      Dapat membedakan kata kata yang hampir mirip dengan ejaannya
4.      Dapat memahami dengan tepat kata kata abstrak
5.      Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat
6.      Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus
Syarat-syarat Kesesuaian diksi adalah sebagai berikut:
1.      Hindarilah sejauh mungkin bahasa aatau unsur substandard dalam situasi yang   formal.
2.      Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata popular.
3.      Hindarilah jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4.       Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
5.      Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6.       Hindarilah ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7.      Jauhkan kata-kata atau bahasa yang artifisial.


Dalam pilihan kata/diksi harus selalu meperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata.
Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan:
  1. Tingkat sosial
  2. Daerah/geografi
  3. Formal dan non formal
  4. Umum dan khusus.

Dalam pilihan kata/diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-kata.  Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan lebih cepat dan mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :
a.       Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
b.      Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek
c.       Resmi/formal dan tidak resmi/non formal yang mengakibatkan terjadinya
bahasa baku/bahasa standar dan bahasa yang tidak baku/bahasa nonstandar.
Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan bahasa khusus/bahasa profesional.

Daftar Pustaka

Barus, Sanggup. Drs, dkk. 2014.  Pendidikan Bahasa Indonesia. Edisi Revisi.   Medan: Unimed Press.
Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM