OPINI: Menyukseskan Minat Menulis Generasi Muda
Penny
Charity Lumbanraja
“Orang boleh pandai setinggi
langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan
dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.Pramoedya Ananta Toer.
Sepenggal kalimat di atas benar menyiratkan makna yang membinar. Apalagi
menyinggung soal keabadian. Sementara kita tahu sendiri bahwa tak ada yang
abadi dalam hidup ini. Pramoedya Ananta Toer biasa disapa Pram patut menjadi
teladan yang banyak memberikan inspirasi bagi para pembacanya. Meskipun telah
tiada, hingga kini orang masih dapat mengenalnya hanya dari karya tulisannya.
Inilah arti keabadian yang dia imbuh. Dia berhasil menelorkan sebanyak 50 karya
yang diterjemahkan ke dalam 42 bahasa.
Semasa
hidupnya, dia menulis bukan dalam kondisi yang nyaman, melainkan diasingkan di
Pulau Buru selama rezim orde baru. Baginya, alat tulis dan beberapa secarik
kertas adalah sebuah kemewahan untuk menulis selama di dalam penjara pengasingan.
Berbeda dengan kondisi kini yang serba digital. Orang bisa menulis dimana pun
dan kapan pun tanpa hambatan.
Menghasilkan sebuah karya tulisan
bukanlah pekerjaan yang mudah, apalagi menyumbangnya. Menulis berarti
memberikan gagasan ataupun ide. Kegiatan ini benar menguras pikiran. Menyumbang
dalam hal ini memberikan tulisan kita kepada publik untuk dibaca. Bila publik
membaca tulisan kita kemungkinan menimbulkan berbagai penilaian tersendiri.
Para pembaca bebas memberikan pandangan tersendiri terhadap tulisan maupun si
penulisnya. Ada yang memberikan komentar positif dan bahkan yang negatif. Saya
pernah mengalami hal ini. Namun, dalam pemikiran saya, bukanlah seorang penulis
bila tulisannya tidak ingin dibaca orang lain.
Berbicara
soal terlatih dalam hal menulis memang butuh konsistensi, ketekunan dan
perjuangan. Selain itu, perlu juga tekad dan motivasi tinggi agar tidak goyah
saat menjalani proses menulis. Secara khusus, memang setiap orang pasti
memiliki motivasinya masing-masing untuk apa dia menulis. Ada yang ingin
berbagi informasi terhadap kondisi sekitar, memberikan ulasan opini pada isu
yang tengah terjadi, bahkan ingin menghibur para pembacanya dengan gaya menulis
yang unik.
Indonesia
sebagai negara yang strategis tentu memiliki potensi kuat untuk menjadi bangsa
yang besar. Hal ini didukung dengan sumber kekayaan alam yang melimpah dan
jumlah penduduk yang banyak. Namun, realitasnya, negara kita cukup sulit
menyejajarkan diri dengan negara maju lainnya. Salah satu tantangannya
menyentuh ke arah sistem pendidikan yang diterapkan.
Tak bisa dimungkiri, penyebabnya
adalah kualitas pendidikan negara kita yang tertinggal dibanding dengan negara
lain. Permasalahan pendidikan yang belum kunjung usai dilihat dari ketersediaan
dana pendidikan yang minim, rendahnya kualitas bahan belajar-mengajar,
fasilitas pendidikan yang belum memadai dan ketidakmerataan tenaga pengajar di
berbagai daerah tertentu. Tentu, rendahnya kualitas pendidikan berkenaan erat
dengan minat baca masyarakat yang rendah pula.
Data
UNESCO menambahkan, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Itu berarti 1
orang dari 1.000 orang Indonesia memiliki keinginan untuk membaca. Ada lagi,
riset yang bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, dilakukan oleh
Central Connecticut State University menyebutkan Indonesia menduduki peringkat
ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Sementara bila minat membaca rendah
tentu akan kesulitan untuk memeroleh masukan yang mendukung sebagai literatur
agar menghasilkan karya tulis yang baik.
Sedikit banyaknya ada berbagai
motivasi mengapa orang ingin memiliki keahlian dalam menulis di masa mudanya.
Pertama, tekad yang tinggi untuk mencapai impian. Ada tujuan tertentu yang
ingin diraih mengapa seseorang harus menulis meskipun dia bukan seorang
penulis. Beberapa di antaranya terinspirasi dengan orang-orang yang bisa
berhasil hanya melalui karya tulisan yang pernah dihasilkannya. Contohnya bisa
dapat beasiswa sekolah lanjut ke luar negeri dengan memberikan portofolio karya
tulisan. Karya tulisan itu digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
pemberi beasiswa. Banyak yang berhasil menerapkan jurus ini. Dengan menulis
dapat menembus pendidikan gratis baik di dalam maupun di luar negeri.
Kedua,
untuk peningkatan karir. Menulis salah satu ketrampilan digunakan untuk
peningkatan karir seseorang. Tak hanya di lembaga akademisi maupun penelitian,
bahkan sampai pada organisasi birokrat pemerintahan. Menulis merupakan suatu
unsur penunjang yang dapat mengembangkan profesi orang tersebut. Ini sudah
berkenaan dengan kepentingan jabatan. Daya analisis terhadap keahlian bidang
diuji dan dituangkan melalui sebuah karya tulisan. Seseorang yang memiliki
kemampuan menulis yang baik akan mampu membagikan ilmu yang bermanfaat terkait
dengan disiplin keahlian yang difokuskan. Maka, tidak perlu khawatir. Setiap
tulisan memang memiliki penikmatnya masing-masing.
Ketiga, kebutuhan aktualisasi diri. Membagikan pengetahuan dengan cara
menuliskannya apalagi sampai diterbitkan di meja redaksi senantiasa membawa
kepuasan tersendiri. Ternyata, bagi si penulis, adanya pembaca yang
mengapresiasi ulasannya seperti menerima pengakuan dari orang lain. Berhasil
mencapai pengakuan berarti hasil pemikirannya dihargai oleh si pembaca. Kapasitas
ilmu semakin diadu sebab tantangan dalam menulis sebuah ulasan tentunya harus
terlebih dahulu menguasai medan persoalannya.
Selagi
muda, banyak sekali strategi yang dapat dieksplor untuk memulai kebiasaan
menulis. Apalagi bagi kalangan milenial saat ini yang didukung dengan fasilitas
teknologi yang memadai. Memiliki catatan kecil, kebiasaan membaca dan mendengar
yang baik dapat mendukung seseorang untuk menumbuhkan minat menulisnya. Membaca
artikel dan juga karya tulisan orang lain dapat menjadi media pembelajaran
pula. Apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, hal tersebut akan menjadi
kebiasaan yang positif dan pada akhirnya akan membudaya di dalam diri.
(*) Penulis merupakan warga biasa
yang sedang belajar menulis dan bergiat di PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)
Terbit: 05/06/2021
https://sorotdaerah.com/2021/06/05/menyukseskan-minat-menulis-generasi-muda/
Komentar
Posting Komentar