OPINI: Investor Lokal Pasar Modal: Jangan Panik di Tengah Pandemi
Belum selesai urusan pandemi Covid-19 yang melanda di
Indonesia, negara kita diperhadapkan lagi pada persoalan bencana alam. Bertubi-
tubi. Banjir, longsor, gelombang tinggi, gempa bumi, gunung meletus serta
beberapa bencana alam lainnya terjadi di sejumlah wilayah Indonesia sepanjang
Januari 2021.
Mengingat kasus pertama pandemi ini mendarat di
Indonesia, seluruh masyarakat Indonesia menjadi gempar. Perilaku panik
dimana-mana. Banyak yang melakukan persiapan dengan memasok persediaan makanan
dalam jumlah banyak serta kebutuhan untuk sanitasi menjadi langka pada saat
itu. Masker, cairan sanitasi dan perlengkapan kebutuhan medis lainnya sangat
sulit diperoleh. Kalaupun ada pasokan, harganya melejit tinggi dan amat
terbatas. Mengantisipasi agar ketersediaan terhadap konsumen dapat secara
merata, setiap konsumen dibatasi pembeliannya.
Kasus pertama pandemi Covid-19 di Indonesia pertama
kali dideteksi pada tanggal 2 Maret 2020, ketika dua orang terkonfirmasi
tertular dari seorang warga negara asal Jepang. Kejadian ini nyata membuat
kondisi psikomatis masyarakat menjadi panik yang luar biasa. Ini tak hanya
terjadi dari pusat kota, kehidupan masyarakat desa sekalipun. Perilaku
kecemasan ini berhasil membuat kondisi perekonomian di Indonesia menjadi
bergejolak.
Hal ini ditandai dengan kondisi menurunnya secara
drastis IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). IHSG pada saat itu menyentuh ke
level 3.985,07. Bila dibandingkan kondisinya saat ini tentu sangat jauh
berbeda. Kondisi IHSG saat ini (21 Januari 2021) menyentuh ke level
6413,892.
Sudah meningkat sangat banyak. Bisa dibayangkan betapa
porak-porandanya kondisi perekonomian negara ini saat mendaratnya virus Corona.
Para regulator sampai memeras keringatnya dengan mengeluarkan berbagai
kebijakan demi merangsang IHSG yang runtuh cukup dalam.
Berbagai kebijakan yang dicanangkan mulai dari
physical distancing, social distancing hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) yang ketat di beberapa daerah menjadi salah satu faktor juga yang
membuat IHSG mengalami tekanan. Sampai pada akhirnya pada tanggal 10 Maret
2020, BEI (Bursa Efek Indonesia) mengeluarkan suaranya tentang tindakan
menerapkan kebijakan penghentian perdagangan atau trading halt di pasar modal.
Hal ini perlu ditindaklanjuti untuk menjaga ketahanan perekonomian di Indonesia
agar tidak merosot lebih dalam.
Kenaikan IHSG pada kondisi perekonomian Indonesia
Direktur utama BEI Inarno Djajadi menandaskan
pentingnya investor lokal terhadap ketahanan pasar modal, terkhususnya selama
masa pandemi Covid-19 ini. Semakin besar minat investor lokal untuk berdagang
di pasar modal maka keberadaan mereka turut memberikan kontribusi nyata untuk
merombak perekonomian di Indonesia yang lebih baik. Artinya resiliensi pasar
modal Indonesia akan menjadi semakin kuat. Pintasnya lagi, jika penawaran akan
saham di dalam negeri kuat maka permintaan dalam negeri juga semakin meningkat
dengan sendirinya.
Keberadaan berinvestasi di pasar modal, menjadi suatu
aktivitas penganggaran dana bagi perusahaan yang beroperasi di negara
Indonesia. Tak hanya BUMN, bahkan perusahaan swasta dan asing sekalipun. Adanya
pasar modal menjadi alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan tersebut
untuk berkinerja dengan skala lebih besar yang pada akhirnya bermuara positif
untuk memperoleh pendapatan perusahaan yang lebih baik dan dapat memakmurkan
kehidupan masyarakat Indonesia.
Harapan-harapan ini tentunya menjadi gairah yang
positif untuk membangkitkan kondisi keuangan negara agar menjadi lebih baik.
Bisa dibayangkan jika pemain di pasar modal adalah
orang-orang Indonesia itu sendiri, maka kondisi kinerja keuangan di setiap
sektor akan menguat. Kenyataannya, pelan-pelan namun pasti, IHSG mulai menguat
di tahun 2020-an. Bukan tak mungkin, IHSG akan menyentuh level yang lebih
meningkat lagi.
Edukasi Mandiri
Ketika memutuskan untuk bergabung pada kegiatan bursa
saham, alangkah baiknya untuk mencari pengetahuan mendasarnya terlebih dulu.
Mulai dari istilah-istilah krusial yang sering kali muncul pada investasi
saham, mengenali emitennya hingga ke bagian analisis laporan keuangan. Penting
juga bagi kita untuk peka terhadap sentimen-sentimen yang akan berkenaan pada
emiten saham yang kita danai. Hal tersebut dapat diperoleh dengan gelut membaca
artikel di berbagai media massa yang valid kebenarannya.
Seringkali terjadi, orang menjadi panik ketika berada
pada emiten saham yang kurang tepat karena terlebih dahulu belum mengenal
perusahaan tersebut. Adanya sentimen negatif di kemudian hari menjadi salah
satu penyebab orang menjadi panik dan merasa terjebak di dalamnya. Maka tak
jarang, akibatnya banyak yang menjual di waktu dan harga yang kurang
tepat. Disitulah letak ketenangan seorang investor diuji. Itulah mengapa,
perlunya edukasi dalam berinvestasi.
Kita juga perlu mengetahui analisis teknis dan
analisis fundamental setiap emiten saham yang akan dimasuki. Tak cukup hanya
analisis teknikalnya saja. Mengapa hal demikian perlu dilakukan? Sebab, ketika
secara fundamental emiten saham dapat dianalisis dengan baik, hal itu akan
mengurangi kecemasan si pelaku pasar ketika berinvestasi di emiten tersebut.
Jika kita memutuskan untuk berinvestasi jangka panjang, maka kita perlu
mengenal emiten-nya secara mendetail. Alangkah lebih baiknya lagi ialah
keputusan memasuki emiten tersebut pada kondisi, waktu dan harga yang tepat.
(*) Penulis adalah CPNS Dinas Koperasi dan Perdagangan
di Kisaran/Sumatera Utara dan bergiat di PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)
Komentar
Posting Komentar