OPINI: Gantungkan Asa Pada Pertanian Kita
Penny
Charity Lumbanraja
Sektor
pertanian masih berada di posisi teratas dibandingkan dengan sektor riil
lainnya. Karena lahannya yang amat produktif, sektor pertanian berpotensi
mengangkat citra Indonesia di mata dunia. Prospek perkembangan
pertanian di masa depan, akan membawa Indonesia sebagai
episentrum ekspor pangan di dunia.
Petani-petani
(muda) di Bali telah membuktikannya. Sejak Maret lalu diperhadapkan dengan masa
pandemi yang melanda Indonesia, semangat mereka untuk
bertahan terus berkobar. Segala akses pergerakan ekonomi di Bali terhambat
akibat virus Corona yang menular dimana-mana. Sektor parawisatanyamati suri,
padahal masyarakat Bali banyak bergantung hidup di dalamnya.
Selama
ini, masyarakat Balisangat menomorsatukan keindahan parawisatanya. Namun,
akibat pandemi, Bali menyadari sendiri bahwa pertanian adalah akar kehidupan
mereka. Di tengah kekhawatiran masyarakat dunia, pertanian menjadi sebuah
harapan baru bagi kehidupan para petani.Mereka kembali melirik pertanian karena
pertanianadalah salah satu jalan untuk bertahan hidup. Analisisnya cukup sederhana.
Manusia tak pernah lepas dari kebutuhan pokok pangan.
Made
Mahardika, seorang petani sayur. Usianya 42 tahun berasal dari Desa Pelaga,
Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali. Made bersama pegawai lainnya sibuk
menata, merapikan dan mengelompokkan hasil panen tanamannya. Mereka
terinspirasi untuk menanam tanaman yang sifatnya bisa dipanen setiap hari.
Tanaman asparagus.Made bahkan membeli hasil asparagus dari petani lain untuk dipasok
ke pasar lokal hingga ke luar Bali, seperti Jakarta dan Surabaya. Meski
penjualan turun signifikan akibat pandemi melanda, alhasil sampai detik ini mereka
mampu bertahan.
Tidak
hanya sekian komoditas sayur-sayuran. Buah-buahan seperti mangga, alpukat,
durian, manggis, dan lain-lainnya juga menjadi produk andalan Bali. Bahkan
sebelum pandemi menyerang, desa ini menjadi eksportir terbesar manggis ke
China. Tantangan kekhawatiran pandemi Covid tak mampu meluluhlantakkan semangat
bertanipara petani ini di Bali.
Tak
bisa dipungkiri, hanya sektor pertanian yang mampu bertumbuh positif meskipun
diperhadapkan dengan krisis ekonomi 1997/1998 hingga kini pandemi Covid-19
menghantam Indonesia. Buktinya, Entang Sastraatmaja, Ketua Harian DPD Himpunan
Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat memperlihatkan adanya keragaman
ekspor dari sektor pertanian tahun 2019/2020.
Hasil
lintas ekspor pertanian Indonesia naik cukup signifikan hingga 9,60 persen
dibandingkan dengan sektor riil industri lainnya. Sektor pertanian mampu
memperlihatkan tren pertumbuhan positif meskipun berada di masa-masa sulit.
Masa Depan Pertanian
Indonesia
Apa
yang menjadi tantangan bagi petani-petani masa kini menjadi tugas bersama semua
pihak. Tidak hanya para petani, pemerintah sepatutnya totalberperan
menyukseskan potensi kaya ini. Betapa beruntungnya Indonesia memiliki sumber
daya alam melimpah. Kondisi iklim tropis turut berperan meningkatkan
produktivitas tanamannya.
Kemajuan
teknologi menjadi jawaban persiapan Indonesia memberdayakan lahan pertaniannya.
Tentunya pengolahan area pertanian yang aman dan ramah lingkungan. Menyoroti
akan hal itu, para petani di Indonesia harus dikawal dengan baik. Proses awal harus
diperhatikan hingga pada akhirnya bagaimana hasil pertanian tersebut dapat
terdistribusi ke konsumen.
Mengapa
dikatakan demikian, disebabkan masih banyak petani yang kurang lihai dan
berpengalaman. Mereka kesulitan memberdayakan lahan dan hasilnya akibat tidak
berlatar belakang ilmu pertanian. Para petani juga kurang mendapatkan dukungan
pelatihan dari pihak yang berpengalaman dengan baik secara teknis.
Bila
perlu cara pengolahan hasil pertanian hingga teknik pemasaran produk, secara
mandiri kemampuan itu harus dimiliki para petani. Semua itu diperuntukkan agar
mereka mampu mendobrak pendapatan yang lebih baik. Pendapatan yang diterima
lebih baik senantiasa memperbaiki hajat hidup para petani. Perbaikan kehidupan
para petani yang lebih baik akan terasa bagi Indonesia.
Tantangan
mempersiapkan kedaulatan pertanian Indonesia di masa depan menjadi problem
darurat yang harus dijunjung tinggi. Apalagi kebutuhan pangan merupakan salah
satu yang utama memenuhi kebutuhan fisiologis manusia. Kalau manusia tidak
makan, tidak akan mampu berperan menjalankan aktivitas kehidupannya. Kalau tak
terpenuhi merata, ujung-ujungnya berpengaruh ke negara. Itulah mengapa sektor
pertanian amat krusial sebagai kontribusi besar PDB (produk domestik bruto)
nasional.
Sangat
mungkin pemerintah menambah penganggaran yang lebih memadai dari APBN dan APBD
agar dapat meningkatkan nilai ekspor pertanian Indonesia. Melihat beberapa
tantangan yang telah berhasil dihadapi para pelaku pertanian Indonesia,
relokasi anggaran yang tidak lebih dari lima persen itu menjadi peluang terbesarnya.
Sektor pertanian menunjukkan keandalannya sebagai sektor teratas yang mampu
menggerakkan katrol perekonomian negara.
Mengapa Pertanian Indonesia Harus
Bertahan
Pertama,
ada generasi masa depan yang perlu pangan. Sektor pertanian adalah penunjang
kebutuhan pangan yang harus selalu dijaga. Jika para petani mampu memanfaatkan
lahan pertanian yang telah ada mulai dari hulu hingga ke hilir, hasilnya tentu menggiurkan.
Bahkan untuk skop kecilnya. Jika petani rumahan saja yang secara mandiri mau
memanfaatkan lahan pekarangannya dengan baik, hal itu akan menyelamatkan
kebutuhan pangan keluarganya. Apalagi bila para petani beramai-ramai sevisi
dengan Indonesia, tentu stimulus ini berpotensi menyokong kedaulatan pangan
Indonesia jangka panjang.
Peran
aktif pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pertanian telah dirancang sejak
adanya momentum besar yang akan dialami Indonesia, yaitu bonus demografi yang diperdiksi
terjadi pada tahun 2025-2045 mendatang. Pemerintah Indonesia mempersiapkannya
dalam gagasan “Visi Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia 2045”. Pertanian diharapkan melibatkan teknologi
digital dalam proses pemberdayaannya. Program ini diharapkan sebagai wujud
kendali pertanian yang akan menguntungkan dengan negara-negara lain.
Kedua,
Indonesia harus mengantisipasi adanya perkiraan terjadinya krisis pangan di
dunia tahun 2030. Peneliti Bappenas,
Nugroho Ananti menjelaskan jika hal ini terjadi, maka akan terjadi persaingan
ketat atas permintaan tinggi pasokan pangan yang menyebabkan kenaikan harga pangan
yang signifikan. Dikhawatirkan, keadaan ini membawa kesulitan besar, apalagi
pada masa itu jumlah penduduk Indonesia akan mengalami lonjakan besar.
Keadaan
lonjakan ini menjelaskan jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif akan
lebih banyak dibandingkan dengan penduduk yang berusia non-produktif. Masa emas
ini jangan sampai terlewatkan dengan sia-sia karena persoalan sepele yang tak
mampu mempertahankan ketahanan pertanian kita.
Ketiga, sektor pertanian adalah sektor
yang menyukseskan. Dengan pemanfaatan teknologi canggih dan didukung dengan
sumber daya manusia yang inovatif, pertanian Indonesia berpeluang melahirkan
hasil pangan yang berlimpah dan berkualitas baik.
Indonesia
merupakan daerah agraria yang sangat subur. Tidak hanya para petani, pemerintah
hingga para akademisi dituntut untuk terus berinovasi menciptakan
terobosan-terobosan baru yang dapat membuka peluang keberhasilan pertanian
Indonesia. Harapan negara menuju lumbung pangan di dunia semakin dekat dan
nyata. Dan kita semua ditantang untuk menghadapi potensinya.
(*) Penulis Bergiat di Perkamen
Terbit: 6/8/2020
https://sorotdaerah.com/2020/08/06/gantungkan-asa-pada-pertanian-kita/
Komentar
Posting Komentar