OPINI: Indonesia Presidensi G-20 dan Ekonomi Hijau

 


 

Penny Charity Lumbanraja

Indonesia sebagai aktor utama yang memimpin presidensi G-20 tahun ini. Kesempatan ini patut dibidik sebagai tahapan pemulihan perekonomian nasional secara menyeluruh. Namun, kondisi perang senjata biologis maupun non-biologis penuh carut-marut hingga memberikan efek domino yang merembes ke tanah air.

 

Peristiwa invasi Rusia-Ukraina meskipun terjadi di benua wilayah Eropa Timur memberi dampak pada setiap negara yang terkait. Hubungan perdagangan paling terasa akibatnya, apalagi kegiatan ekspor-impor. Di Indonesia sendiri harga komoditas dan minyak jadinya mendulang tinggi.

 

Pandemi Covid-19 sungguh menghantam dari segala sisi.  Sejuta insan merasakan kesulitan untuk bergerak akibat banyaknya kebijakan dan hambatan demi mengurangi paparan kasus. Momentum G-20 menjadi wadah yang dipenuhi segudang asa. Akhirnya, momen G-20 diharapkan menjadi pematik bagi Indonesia untuk segera bertransformasi.

 

Puncak terjadinya lonjakan varian baru SARS-CoV-2 dari Afrika (Omicron) yang bereplikasi pada Februari lalu ialah awal bagi Indonesia untuk segera bertransisi.  Sempat pesimis. Perekonomian Indonesia mulai kontraksi lagi pada awal Tahun 2022, tidak sebaik dengan pertumbuhan Triwulan IV Tahun 2021 lalu. Banyak investor mulai melepaskan hak kepemilikan sahamnya di berbagai sektor yang dianggap menjadi sumber potensi. Biaya logistik pun juga terkena imbasnya hingga perlahan merangkak naik.

 

Melihat situasi ini, pemerintah mulai mengerucutkan fokusnya mencapai pemulihan yang lebih kuat dan berkesinambungan. Menekan tiga topik utama: kesehatan, ekonomi digital dan transisi energi diharapkan menjawab pergumulan ekonomi yang tengah dialami. Ketiga fokus ini tentu saling berkaitan dan diarahkan untuk berjalan tepat sasaran sampai menyentuh ke masyarakat lapis bawah.

 

Tantangan Berat

 

Tentu beragam faktor mengapa Indonesia menjadi tuan rumah menjalankan kegiatan KTT-20. Amanat dan kepercayaan dunia terhadap Indonesia pada tahun ini ialah bagaimana dapat menjalankan komitmennya. Beban bagi Indonesia untuk mengarahkan deretan program yang bisa merobak PDB nasional dengan melibatkan atensi dari masyarakat.

 

Beragam diskusi dan ulasan secara hibrid, negara ini optimis dengan menggenjot minat masyarakat di bidang usaha (UMKM). Fokus pemerintah ialah bagaimana memancing minat masyarakat kembali (tidak konsumtif) untuk membelanjakan pendapatannya sehingga aktivitas pasar dapat hidup kembali.

 

Fokusnya tidak lari dari program PEN yang selama ini digaungkan. Masyarakat harus ditumbuhkan kembali minat dagangnya dengan memberikan serangkaian kegiatan agar lebih kreatif, inovatif dan produktif. Momen G-20 harusnya menjadi jalan bagi pemerintah untuk memanfaatkan kesempatan emas ini dengan baik dan menjadikan persiapan bagi Indonesia menyongsong bonus demografi.

 

Ekonomi Hijau

 

Ekonomi hijau ialah gagasan ekonomi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan masyarakat yang menitikberatkan pada proteksi lingkungan. Salah satu fokus program ini ialah mewujudkan optimalisasi efisiensi energi. Tentunya tujuan dari program ini bermuara untuk memitigasi risiko kerusakan lingkungan di Indonesia.

 

Halnya inovasi dari masyarakat ialah bagaimana menciptakan UMKM yang berbasis ramah lingkungan. Nilai-nilai ini akan membawa keunikan tersendiri yang dapat menjadi daya tarik masyarakat. Hematnya, orang-orang akan mencari sesuatu yang bisa memancing daya tarik mereka. Dasar keunikan seperti ini yang masyarakat harus tau sehingga mereka dapat menciptakan usahanya dengan khas tertentu.

 

Perhelatan beberapa negara Internasional yang rencananya akan digelar di Bali itu melatari Indonesia memamerkan keragaman budaya termasuk sumber daya alamnya. Adanya kebijakan Indonesia menuju pengurangan emisi patut didukung untuk segera diimplimentasikan. Menggenjot perekonomian berbasis ramah lingkungan dengan mengarahkan setiap elemen masyarakat mampu memberdayagunakan kembali segala sumber daya, sekalipun yang telah dianggap limbah.

 

Sayangnya literasi masyarakat masih minim dan edukasi mengenai teknik pengolahan sampah/limbah masih kurang. Memberdayakan limbah rumah tangga dinilai prospektif dan berharga sehingga limbah itu tidak terbuang sia-sia. Contoh sederhananya seperti menginformasikan masyarakat perihal minyak jelantah yang dapat bernilai kembali dan dijadikan sebagai substitusi energi. Didukung dengan telah banyak bermunculan beragam penelitian bahwa minyak jelantah bisa menjadi sumber EBT, produk biodiesel dan biopelumas.

 

Daripada mencemari lingkungan, sisa minyak goreng berpotensi sebagai pilihan energi dunia di masa depan. Beberapa mahasiswa dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, telah mengembangkan biogasoline berbahan minyak jelantah. Biogasoline minyak jelantah (Jeco Gasoline) ini terbukti menghidupkan mesin kendaraan bermotor.

 

Indonesia melalui Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan porsi EBT menuju 15,7 persen. Target ini diharapkan dapat tercapai tahun ini ketimbang tahun lalu baru 11,5 persen.  Masyarakat Indonesia turut menyukseskan bagaimana mewujudkan Indonesia menuju zero emission.

 

Minyak jelantah hanya satu dari sekian banyak terobosan yang telah ditemukan. Persoalannya ialah bagaimana informasi ini dapat menyentuh sampai kepada masyarakat dan masyarakat menjadi tahu. Peran kaum intelek tentu sangat membantu, tetapi itu akan terbilang sia-sia bila masyarakat tidak diajak atau dipandu untuk sadar pemberdayaan energi.

 

Mengejawantahkan PEN didukung momentum G-20 tidak bisa dikatakan sukses bila hanya Indonesia yang berhasil menjalankannya. Negara-negara terkait di dalamnya juga harus bergerak beriringan (co-movement). Beragam gagasan temuan dengan menyoroti setiap potensi sumber daya yang dimiliki adalah galur yang tepat.

 

Dengan impian bahwa Indonesia pada tahun 2023 nanti, pandemi dapat berubah status menjadi endemi. Di saat ini terjadi, keadaan Indonesia dari setiap sektor telah matang betul. Sudah pantas, akibat mulai meratanya pendistribusian vaksin, baik dari lapis masyarakat berusia muda hingga lansia. Vaksinasi telah berjalan dengan baik, prokes tetap diterapkan, maka Indonesia optimis bangkit. Sudah saatnya bagi masyarakat untuk mengetahui akan dibawa ke mana arah progres pemerintah ini.

 

(*) Penulis bergiat di Perkamen (Perhimpunan Suka Menulis)

Terbit: 19/03/2022

https://analisadaily.com/e-paper/2022-03-19/files/mobile/index.html#12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM