OPINI: Mikroplastik Ditemukan Dalam Darah Manusia

 



Plastik di Darah dan Masa Depan Kita

 

Oleh Penny Charity Lumbanraja

 

Nasib umat manusia kini terancam. Bukan karena potensi perang dunia ketiga ataupun ancaman kartel narkoba, melainkan oleh benda-benda yang selama ini kita buang: sampah plastik. Penelitian terbaru menunjukkan mikroplastik ditemukan di dalam darah manusia.

 

Mikroplastik di dalam darah pertama kali ditemukan oleh Heater A Leslie, peneliti dari Amsterdam. Hasil penelitiannya itu dipublikasikan di jurnal Environment International. Dari sampel darah yang ia teliti menunjukkan 77 persen di antaranya mengandung mikroplastik.

 

Teranyar, sejumlah pegiat lingkungan juga meneliti kualitas air sungai di Jawa. Ada empat sungai besar yang diteliti. Keempatnya adalah Sungai Citarum (Jawa Barat), Sungai Begawan Solo (Jawa Tengah), Sungai Berantas (Jawa Timur), dan Sungai Ciliwung (Jawa Barat dan DKI Jakarta). Hasilnya, kondisi mutu air keempat sungai itu sangat tercemar. Air sungai mengandung mikroplastik, termasuk juga di tubuh ikan dan feses warga yang tinggal di sekitar sungai. Hasil riset pegiat lingkungan hidup ini menandaskan, empat sungai besar di Jawa itu telah terkontaminasi serpihan plastik berukuran 5 milimeter.

 

Apa yang ditemukan Leslie maupun koalisi pengiat lingkungan itu menjadi alarm peringatan bagi kita semua. Air sungai sebagai sumber nadi kehidupan kita lama-lama berubah menjadi sumber petaka (penyakit). Tentu saja bukan hanya keempat sungai itu yang tercemar sampah plastik. Sebagaian besar sungai di Indonesia telah tercemar sampah plastik. Di Medan, misalnya, sampah banyak menumpuk di sungai dan muaranya ke Belawan. Sehingga, Belawan tak ubahnya tempat pembuangan sampah. Sangat dimungkinkan, mikroplastik bisa ditemukan di hampir seluruh perairan sungai kita.

 

Tentu kondisi buruknya mutu air kita saat ini akan sangat menentukan kesehatan manusia di masa mendatang. Akan tiba saatnya manusia mengeluhkan kondisi kesehatan tubuhnya akibat bahaya mikroplastik. Publik mungkin bertanya-tanya bagaimana mikroplastik ini bisa berakhir di dalam darah manusia?

 

Tentu saja, plastik itu tidak ujug-ujug ada di nadi kita. Dia bukan sulap. Dia juga tidak berkuasa sebab dia benda mati. Lalu bagaimana jalan ceritanya plastik ini bisa bersarang di tubuh manusia? Pertanyaan ini penuh misteri dan yang pasti sangat mengkhawatirkan kita semua.

 

Bayangkan, ketika partikel mikroplastik itu berlalu lintas di dalam nadi manusia. Kemudian setiap hari  jumlahnya bertambah. Mikroplastik ini bebas bergerak kemana saja darah membawanya. Alhasil, mikroplastik itu akan menempel di jantung, di ginjal, di paru-paru dan di berbagai organ dalam manusia. Di masa depan, kita akan menemukan masalah baru. Akan semakin mudah orang terkena penyakit kanker, tumor, serangan jantung, dan lainnya. Dan beragam penyakit dalam itu bisa jadi berpangkal dari sampah plastik.

 

Sungguh ancaman ini sudah di depan mata. Sampah-sampah plastik kian hari menggurita. Tak hanya di darat, sampah plastik juga banyak yang berakhir di laut. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 menyebut, Indonesia menghasilkan sampah sekitar 22 juta ton. Dalam sehari, kita memproduksi sampah sekitar 60 ribu ton. Banyak sekali.

 

Sialnya, sampah-sampah itu kebanyakan berakhir di laut. Samudera kita laksana belanga yang siap menampung buangan-buangan manusia. Sementara di lautan terdapat berjuta makhluk hidup. Masa depan mereka terancam oleh sampah-sampah yang kita buang secara sembarangan. Seperti DDT (dikloro difenil trikloroetana), mikroplastik ini bisa termakan ikan.

 

Sayangnya, senyawa kimia di dalam mikroplastik itu tidak bisa dicerna ikan, sehingga akhirnya akan mengendap di dalam tubuh ikan. Ikan-ikan yang sudah terkontaminasi zat berbahaya itu kemudian ditangkap nelayan lalu dijual di pasar dan pada akhirnya berakhir di meja makan kita. Tanpa kita sadari, mikroplastik itu masuk ke tubuh kita bersama daging ikan yang kita santap. Di titik ini, jelas kesehatan manusia menjadi taruhan.

 

Jika ini tidak dihentikan, berapa juta nyawa bakal terenggut di masa depan? Persoalan ini sudah nyata di hadapan kita. Siapa yang bisa menyelesaikannya? Tentu, pemerintah baik pusat maupun daerah harus memandang persoalan ini sebagai isu sentral yang perlu ditangani secara sistematik dan masif. Perlu ada kebijakan khusus dan aksi nyata. Sungai-sungai sesegera mungkin perlu dibersihkan dari sampah. Edukasi masyarakat khususnya yang tinggal di bantaran sungai untuk tidak membuang sampah ke sungai. Panggil perusahaan-perusahan yang mengemas produknya dengan plastik termasuk popok, minta mereka ikut bertanggung jawab soal urusan pengelolaan sampah ini. Dan jangan ragu memberi sanksi atau denda bagi perusahaan yang tidak ikut berkontribusi.

 

Tak ketinggalan, penyelesaiannya juga ada di tangan kita sendiri, masyarakat sipil. Kita mulai dari urusan sampah di rumah kita. Harus ada kesadaran untuk menyelesaikan sampah kita sendiri. Itu solusi paling sederhana yang bisa kita lakukan.

 

Kepedulian kita untuk mengelola sampah kita sendiri tentu bukan pekerjaan yang sulit. Namun, upaya ini sangat berdampak untuk kesehatan manusia bersama di masa sekarang hingga masa depan.  Pilahlah sampah kita di rumah dan jangan buang sampah-sampah itu secara sembarangan. Sebisa mungkin sisihkan sampah yang bisa didaur ulang. Minimal peran kita ialah bagaimana mengorganisir sampah di rumah kita dengan baik.

 

Hanya dengan cara sederhana ini yang paling bisa kita lakukan untuk menanggulangi sampah sebagai bentuk pencegahan. Mengelola sampah bukanlah serta merta hanya menjadi tanggung jawab petugas sampah yang kita bayar. Setiap manusia menghasilkan sampahnya sendiri maka sepatutnya mengelola sampahnya sendiri.

 

Mampu mengelola sampahnya sendiri merupakan andil tak ternilai yang sangat berpengaruh bagi hajat hidup manusia. Kepedulian pengelolaan sampah plastik sejak dini sangat menentukan kualitas kesehatan kita di masa depan. Hal baik yang kita tabur hari ini, kelak yang baik pulalah bakal kita tuai. (*)

 

 

 

(*)Penulis bergiat di PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)


Terbit: 12/05/2022

https://analisadaily.com/e-paper/2022-05-12/files/assets/basic-html/index.html#12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penjadwalan Proyek dengan Jaringan PERT/CPM