OPINI: Pertanian Garda Terdepan Antisipasi Resesi
Masa pandemi Covid-19 membuat orang semakin
was-was. Dampak pandemi bahkan mengancam terjadinya resesi keuangan di banyak
negara, Indonesia salah satunya. Harga bahan pangan yang melonjak tinggi, ketersediaan
pangan mulai menurun, serta kondisi perekonomian yang terganggu menjadi
kekhawatiran bersama juita insani.
Badai resesi seakan segera tiba. Ekonom senior INDEF Faisal Basri menandaskan Indonesia sulit untuk menghindari resesi keuangan akibat pandemi Covid-19 yang masih terjadi saat ini. Dugaan terjadinya krisis ekonomi ditandai adanya penurunan pendapatan domestik bruto (PDB) riil. Informasi tambahan lainnya juga diperoleh dari Asian Development Bank (ADB) yang memprediksi bahwa ekonomi RI selama masa pandemi akan kontraksi -1 persen.
Merujuk suatu definisi, negara dikatakan mengalami resesi apabila pertumbuhan perekonomiannya mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut. Jika PDB riil turun dalam dua kuatral tersebut, menyebabkan kondisi kontraksi yang lebih buruk. Ketika terjadi kontraksi, PDB menurun dan pertumbuhannya bergerak ke wilayah negatif.
Kondisi terjadinya kontraksi salah satunya akibat penurunan ekonomi secara global termasuk peningkatan upah riil. Adanya peningkatan upah riil menyebabkan peningkatan biaya produksi barang. Peningkatan tersebut merembes hingga berdampak terjadinya inflasi keuangan. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah harus segera bertindak untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan sektor riilnya, salah satunya pertanian.
Dampak ledakan ekonomi ini, Bank Indonesia sigap menerapkan kebijakan moneter lebih ketat. Sebab bila tidak diantisipasi segera, ekonomi Indonesia menjadi lesu. Tak hanya itu, dengan adanya kebijakan fiskal juga dapat mengurangi adanya pengeluaran konsumen akibat permintaan agregat. Kebijakan fiskal yang diterapkan adalah dengan menaikkan pajak. Pajak yang lebih tinggi akan mengurangi pendapatan per kapita rumah tangga. Jumlah uang yang lebih sedikit inilah yang menyebabkan permintaan konsumen melemah.
Menghadapi hal itu, konsumen secara agregat mengurangi permintaannya sehingga perusahaan menyesuaikan bisnis produksinya menjadi lebih sedikit. Biaya operasional dipangkas untuk menghindari defisit keuangan. Akhirnya yang terjadi, pemberhentian pekerja dilakukan besar-besaranmenjadikan tingkat pengangguran di Indonesia kian bertambah.
Namun, betapapun itu, manusia tidak mungkin tidak makan untuk mampu bertahan. Itulah sebabnya sangat penting untuk memperhatikan ketahanan pangan Indonesia.Pertanian menjadi jalan keluar untuk mengantisipasi krisis keuangan yang akan terjadi.
Kelebihan Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berhasil bertumbuh positif di tengah kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga pada triwulan II 2020. Angka tersebut dibuktikan bahwa tingkat pertumbuhannya mencapai 5.32 persen. Sektor pertanian menyumbang kenaikan PDB yang signifikan selama masa pandemi ini.
Tak bisa dipungkiri, sektor pertanian merupakan sektor yang paling aman selama masa pandemi ini. Data BPS menunjukkan bahwa nilai terbesar diberikan dari sektor pertanian dibandingkan dengan keempat sektor lainnya, yaitu industri, perdagangan, konstruksi dan pertambangan.
Persentase di atas menjadi gambaran bahwa sektor pertanian Indonesia mampu bertahan didukung dengan adanya pemanfaatan lahan pertanian yang baik. Indonesia adalah negara yang kaya dan agraris, tentunya diharapkan dapat menyokong kebutuhan pangannya secara mandiri.
Beralih ke Pangan Sumber Lokal
Pertama, belajar dari pengalaman Katingan, Kalimantan Tengah, yakni Desa Tewang Karangan, Dahian Tunggal dan Tumbang Lawang. Ada kabar baik dari desa-desa ini. Ketiga desa tersebut memamerkan keragaman varietas pangan nabati yang begitu memukau. Ada sebanyak 108 jenis padi, 30 jenis ketan. Mereka mampu memberdayakan varietas pangan nabati tingkat tinggi.
Tidak hanya itu, masyarakat Kalimantan Tengah ini juga membudidayakan 119 jenis buah-buahan dan 172 ragam jenis sayur. Sayur-sayuran itu dapat tumbuh liar di sekitar mereka berhuni dan mereka budidayakan dengan baik.
Peneliti Lembaga Studi Dayak-21 Marko Mahin menuturkan bahwa masyarakat ini mampu menerapkan program diversifikasi pangan lokal dengan beralih ke sumber pangan lokal yang lain. Masyarakat di sekitar ketiga desa tersebut mandiri dan hampir tidak pernah membeli beras. 65 persen masyarakat tersebut memperoleh sumber pangannya dari alam.
Meskipun demikian, takkan seterusnya berjalan mulus. Mereka khawatir akibat kawasan hutan tempat mereka bertahan merupakan bagian dari otorasi pemerintah yang kapan saja bisa jatuh kembali ke tangan pemerintah. Kekuasaan korporasi menjadi ancaman bagi masyarakat lokal untuk mempertahankan ketahanan pangan hidupnya.
Kedua, masyarakat Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara juga menyadaripentingnya ketersediaan pangan sumber lokal selama masa pandemi ini. Banyak umat manusia mengalami kesulitan maupun kekhawatiran soal pangan akibat kasus penyebaran virus Corona yang belum pulih. Bagi mereka, menjaga stabilitas persediaan pangan dari beragam sumber lokal merupakan cara bagi mereka untuk bertahan hidup saat tengah menghadapi situasi pandemi virus Corona.
Adanya ketimpangan ini membuat masyarakat menyadari bahwa mereka harus kembali ke alam. Alam menjadi jawabannya.Warga kembali menjaga hutan dan lahan pangan untuk mendukung pertahanan hidupnya. Terbukti, hutan dan lahan pertanian mereka tidak terdampak signifikan pada masa pandemi ini.Hutan adalah bank makanan dan bank uang bagi masyarakat Malinau.
Dolvina Damus, Tokoh Adat Perempuan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara tandasnya, ketersediaan pangan lokal di daerahnya itu masih sangat cukup meskipun di tengah pandemi ini. Warga Malinau mampu menjaga cadangan pangan lokal yang beragam. Bagi mereka, memperjuangkan sumber pangan lokal sama halnya dengan mensejahterakan masyarakat sekitar.
Masyarakat terdampak sejahtera senantiasa akan menjadi pengalaman di masa depan dan ilmu ini akan merembes bagi komunitas lain untuk mampu menjaga masing-masing lahannya. Bersama beramai-ramai untuk menyesuaikan lahan pertaniannya agar sistem pertahanan pangan lokal dan alami dapat berlanjut sampai turun-temurun.
Melalui kehidupan masyarakat Kalimantan kita dapat belajar dengan sikap mandiri mampu mengelola ketahanan pangan. Namun, peran pemerintah juga sangat dinantikan untuk memperbaiki pertanian yang lebih baik di masa depan. Peran pasar dan sosialisasi ilmu dan teknis adalah upaya untuk menjaga keberlanjutan ketahanan pangan, terkhususnya pangan lokal.
Diversifikasi pangan lokal, berarti tidak terkontaminasi dengan makan-makanan impor pengganti bahan pangan pokok, yaitu beras maupun gandum. Sistem pangan lokal seperti ubi, jagung, sagu juga tak kalah mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan.Tidak hanya mengandung emisi yang rendah, semua jenis pangan itu sangat melimpah di Indonesia.
Rakyat Indonesia semestinya berjalan bersama pemerintah untuk konsisten menjaga ketahanan pangan lokal melalui diversifikasi pangan lokal.Penerapan program diversifikasi pangan turut membantu Indonesia dalam pengendalian impor pangan. Kebijakan impor pangan yang tidak berlebih akan berdampak pada kestabilan devisa negara. Devisa negara yang stabil senantiasa mendongkrak sistem kesejahteraan masyarakat Indonesia yang lebih baik.
(*) Penulis adalah bergiat di PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)
https://sorotdaerah.com/2020/08/07/pertanian-garda-terdepan-antisipasi-resesi/
Terbit: 7/8/2020
Komentar
Posting Komentar