ARTIKEL: Sengat Korea Selatan di Ranah Perfilman
Film dan drama asal Korea Selatan sudah lama diminati
masyarakat kita. Akan tetapi, sejak pandemi Covid-19, film dari negeri ginseng
itu mendadak digandrungi jutaan warga Indonesia. Bahkan sejumlah stasiun
televisi Indonesia gencar menyajikannya sebagai tontonan yang menemani
masyarakat beraktivitas di rumah.
Industri hiburan Korea Selatan berhasil memikat para pencintanya terutama bagi mereka yang memiliki hobi menonton. Siapa yang tidak tahu istilah drakor (drama korea) dan film-film yang mereka produksi. Tak bisa kita pungkiri, industri hiburan penyiaran yang mereka sajikan memiliki kualitas cerita yang sangat menarik.
Para aktor yang berperan tidak hanya menarik dari segi penampilannya. Selain alur ceritanya, para aktor yang memerankan drama baik film memiliki kualitas acting yang memukau. Mereka mampu memborong semua kemampuan mereka dengan maksimal, atau istilahnya multitalent.
Baik hiburan K-pop, drama maupun film dari Korea, tontonan-tontonan ini dianggap mampu mengisi kekosongan waktu apalagi selama masa pandemi Covid-19 menyerang Indonesia. Mereka merasa tontonan-tontonan ini dapat menghibur dan merupakan mekanisme bagi mereka untuk menghilangkan stres. Para penonton tidaknya hanya dapat menikmatinya melalui televisi, mereka juga dapat melihatnya dengan streaminglangsung dari internet. Tidak hanya drama-drama korea keluaran terbaru, drama yang sudah lama diproduksi pun masih tetap menjadi incaran bagi mereka.
Menonton drama dan film asal Korea Selatan sebenarnya membawa kenikmatan tersendiri. Dan itu tidak hanya dirasakan bagi para kaum muda alias milenial. Para orang tua, baik kakek maupun nenek juga tak mau kalah. Apalagi baru-baru ini, pihak stasiun televisi swasta sedang gencar-gencarnya menyajikan film-film Korea Selatan yang cukup elok untuk disaksikan.
Mereka mampu mengangkat kisah fantasi maupun kejadian nyata. Pengolahan dan penyesuaian cerita dengan yang dialami saat ini membuat para penontonnya dapat terlarut di dalamnya. Para pelaku industri drakor memiliki kemampuan yang unggul dalam memerankan lakunya pada setiap tema cerita yang berbeda. Kemampuan menangis, marah, bahagia bahkan bela diri dapat mereka pamerkan dan itu menggugah hati para penontonnya. Mereka ber-actingapik dan terkesan tidak berlebihan.
Saat ini, masyarakat Indonesia mulai tampak menonjolkan ketertarikannya pada industri penyiaran Korea Selatan. Tak bisa dielakkan, industri hiburan penyiaran Korea mampu memengaruhi para pencinta film yang tidak hanya di Indonesia, bahkan sampai menginvasi pasar dunia. Mengapa dikatakan demikian?Karena mereka memang sangat total dan memiliki pandangan berbeda dalam memanfaatkan peluang ini.
Jika dibandingkan dengan kualitas cerita film dan dramanya, memang beberapa film yang diproduksi dari Indonesia tak kalah. Hanya saja, Industri penyiaran di Indonesia belum mampu menjangkau dunia selayaknya yang dapat ditembus para promotor film asal Korea Selatan karena memiliki keterbatasannya dari segi dana.
Sejak awal, pemerintah negara ginseng ini memang fokus untuk memanfaatkan peluang ini. Industri hiburan Korea Selatan tidak hanya menjadi sumber pemasukan dari produk budayanya, melainkan menjadi katrol aspek perekonomiannya. Mereka dengan total memperhatikan sektor wisatanya dari segi dunia hiburan seperti wisata, makanan, musik hingga film dan dramanya.
Industri hiburan Korea Selatan telah menjadi proyek raksasa bagi pemerintah Korea Selatan. Setidaknya ada tiga lembaga yang dikoordinasi langsung oleh Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata Korea Selatan (MCST) untuk menjadi kontinuitas persebaran gelombang Hallyu, yaitu KOCCA, KOFICE dan, KTO.
Pertama, KOCCA adalah media inkubator industri kreatif Korea Selatan yang bertanggung jawab atas perizinan dan pengelolaan kekayaan intelektual pada industri hiburan seperti aliran musik, gaya, busana, penyiaran, hingga animasi. Selanjutnya, KOFICE adalah lembaga yang menjalankan misi pertukaran budaya Korea Selatan dan program akademik seperti peningkatan pembelajaran Korea Selatan hingga pertukaran budaya luar negeri. Lalu yang terakhir KTO merupakan lembaga yang bertanggung jawab pada perkembangan budaya dan parawisata yang dapat meningkatkan devisa negara. KTO berperan besar dalam meningkatkan stigma menarik tentang Korea Selatan.
Itulah sebabnya, ada juga acara tambahan lain yang disajikan di salah satustasiun televisi swasta secara ber-episode. Dari siaran tersebut dimunculkan ragam bahasa Korea Selatan, jenis makanannya, kehidupan budaya di sana dan sebagainya. Hal tersebut memaknai bahwa masyarakat Indonesia secara tidak langsung mulai teralihkan pandangannya untuk mengetahui bagaimana kehidupan ala-ala Korea Selatan.
Permasalahannya adalah bagaimana kita menyikapi hal ini. Bagaimana jika masyarakat Indonesia mulai terpengaruh dengan nilai-nilai budaya asing yang mulai memasuki negeri kita. Jangan sampai kita tak mampu menyaring budaya-budaya asing tersebut. Jangan sampai kita kehilangan ciri khas budaya Indonesia yang sudah melekat di dalam darah dan daging kita. Jangan sampai kita meninggalkan nilai-nilai pancasila yang kita pedomani. Jangan sampai kita tak mampu mengendalikan diri kita.
Mari kita bersama-sama bersikap bijaksana selama menyaksikan siaran-siaran asing, apapun medianya.
(*) Penulis bergiat di PERKAMEN (Perhimpunan Suka Menulis)
https://medanbisnisdaily.com/news/online/read/2020/06/25/111239/sengat_korea_selatan_di_ranah_perfilman/Terbit: 25/6/2020
Komentar
Posting Komentar