OPINI: PPKM Darurat: Akan Tiba Waktunya Pandemi Berakhir
PPKM darurat telah
berlangsung meskipun dampaknya saling bertolak belakang. Di satu sisi dilakukan
untuk menekan resiko kasus Covid-19, sisi lain menghambat prospek pemulihan ekonomi
negara. Kapan tepatnya pandemi Covid-19 segera sirna, tidak ada yang dapat menjawab. Akan tetapi, segala upaya sedang
diperjuangkan. Serangkaian kebijakan dari pemerintah sudah diterapkan demi
menekan laju penularan yang disebabkan virus Corona.
Akibat pandemi Covid-19,
segala aktivitas sistem mengalami gangguan. Tak berdampak kecil, terasa sekali
mulai dari runyamnya penanganan karena keterbatasan fasilitas kesehatan
hingga perekonomian Indonesia mengalami
goncangan yang dikhawatirkan mengancam stabilitas sistem keuangan negara.
Menelisik pengalihan
penanganan pandemi ini, yang akhirnya dimandatkan pada lembaga di bawah
pimpinan Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartanto malah dianggap
bukanlah jurus ampuh. Lembaga Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KPC-PEN) tidak mampu mengatasi pandemi secara efektif, sehingga harus
dialihkan kembali di bawah otoritas kesehatan dan pakar medis. Akhirnya,
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat Jawa-Bali mulai
diterapkan sejak tanggal 3 Juli lalu hingga 20 Juli nanti.
Sebenarnya sempat
menjadi kendala apabila kebijakan ini dilaksanakan karena dapat berdampak pada
aktivitas perekonomian negara. Dapat dikatakan aktivitas masyarakat seolah-olah
mati suri mengingat program ini tegas diterapkan. Namun, setelah program PPKM
Jawa-Bali terlaksana ketat seminggu lebih, dampaknya cukup signifikan. Pengurangan
kasus terpapar cukup banyak. Penurunan mobilitas masyarakat kini mencapai 10-15
persen. Bila mencapai target lebih dari 20 persen, secepat mungkin diharapkan
Indonesia segera sembuh dari pandemi yang melanda kini.
Alih-alih mendahulukan
kepentingan ekonomi, kesehatan masyarakat hendaknya menjadi prioritas utama.
Mengapa demikian, sebab pematik untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi tidak
terwujud sesuai harapan. Malah kita semakin kacau balau akibat laporan kasus
yang cenderung meningkat. Belum lagi urusan kesadaran masyarakat yang buat
miris. Korban yang terpapar terus melonjak dan virus semakin mengganas. Namun, masyarakatnya
malah lengah.
Sejak pemerintah mulai
membuka lagi akses pariwisata awal tahun 2021, ekonomi nasional masih mengalami
kontraksi. Padahal tujuannya untuk memperbaiki keadaan perekonomian, ternyata
tidak tercapai sesuai harapan. Pertumbuhan Indonesia pada Q1 2021 tetap saja minus.
Ada lagi, pemerintah Indonesia berani membuka akses bagi tenaga kerja asing.
Sementara virus varian delta yang telah jauh diidentifikasi terjadi India,
berhasil memicu level tinggi kasus penyebarannya di Jakarta.
Perihal data di atas
menavigasikan bahwa pemerintah Indonesia harus fokus mengutamakan penekanan pernularan virus terlebih dahulu.
Jangan sampai kondisi kesehatan masyarakat berujung kolaps dan korban semakin
berjatuhan. Ketegasan pemerintah menjadi kunci persoalan.
Di satu sisi PPKM benar
menggoyang pendapatan masyarakat yang bergantung hidup pada pencahariannya
sehari-hari. Namun, pemerintah tak sepenuhnya disalahkan. Karena yang namanya
darurat berarti situasi Indonesia berada pada ambang kegentingan. Hal ini
ditandai dengan melonjaknya korban yang terpapar hingga 33.000 per hari.
Sementara, fasilitas kesehatan terbatas, kebutuhan oksigen cair menipis dan
para tenaga kesehatan telah bertumbangan.
Ibarat pedang bermata
dua. Kepatuhan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan pun semakin
kendor di tengah-tengah perebakan pandemi Covid-19 Mirisnya, masih saja ada
yang tidak percaya bahwa wabah virus Corona ini nyata. Ini menjadi persoalan,
sebab misi pemerintah dengan masyarakat tidaklah sejalan. Harapan untuk memulihnya
Indonesia dari pandemi hanyalah mimpi belaka bila masyarakatnya tak mau
diarahkan. Padahal, semuanya demi kebaikan masyarakat bersama.
Masyarakat mulai jenuh
dengan informasi perkembangan kasus Covid-19 yang tengah terjadi. Perilaku bosan
ini akhirnya meresponi sikap lengah untuk mematuhi protokol kesehatan. Masih
banyak yang tidak taat menggunakan masker dan tidak menjauhi aktivitas
kerumunan.
Pembelajaran
Beredarnya video viral
antrean mobil jenazah pasien Covid-19 di TPU Rorotan dan Padurenan Bekasi
menuai respon berbagai pihak. Cuplikan video ini dapat dijadikan pembelajaran
bagi masyarakat untuk tidak meremehkan protokol yang ditetapkan. Kita sangat
perlu mendisiplinkan diri. Masyarakat wajib tegas mengantisipasi jangan sampai
terjadi di lingkungan keluarganya.
Anjuran serta edukasi
menaati protokol kesehatan telah disemarakkan sebagai perisai untuk mencegah
terjadinya penularan. Sanksi yang tegas juga telah diberikan kepada pihak yang
melanggar aturan PPKM yang mungkin akan diperpanjang lebih lama. Namun,
masyarakat tidak dapat berbuat hal untuk menolak kebijakan yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Sulit, ya memang sangat
sulit. Namun, bila semua warga patuh, secepatnya pandemi ini akan berakhir.
Banyak negara luar telah berhasil melaluinya, mengapa Indonesia tidak bisa.
Pemerintah juga telah berupaya meringankan beban masyarakat dengan memberikan
bantuan sosial serta subsidi vaksinasi. Janganlah melawan arah dengan menolak
divaksin, sebab program ini diharapkan menjadi solusi pandemi Covid-19.
Tahun lalu kabarnya,
banyak lembaga riset dari berbagai negara berhasil menemukan vaksin. Vaksin
yang berjenis-jenis ini kelak dapat membantu pencegahan virus Corona. Vaksinasi
menjadi harapan untuk mengakhiri masa kelam pandemi di seluruh dunia. Namun,
masyarakat meresponinya dengan pemahaman bahwa pemberian vaksin akan berdampak
buruk bagi kesehatan. Ini juga jadi persoalan ketika mereka enggan untuk
divaksin.
Informasi-informasi
yang tidak benar digarap matang tanpa berusaha mengetahui manfaat baik yang
akan diterima. Hal ini merupakan pangkal dari literasi masyarakat yang lemah.
Parahnya, sudah pun tak ingin divaksin, malah tak acuh menjalankan protokol
kesehatan. Pencapaian untuk menormalkan Indonesia dari penyebaran virus Corona,
bukan hanya didukung dengan solusi teknis kesehatan, melainkan dukungan moral
masyarakat.
Marilah bersama
mendukung kebijakan yang ditetapkan supaya Indonesia tuntas dari pandemi
Covid-19. Kelak, jika tiba waktunya pandemi ini berakhir, budaya pola hidup
higienis jangan sampai ditinggalkan.
Pandemi ini mengajarkan kita untuk tidak anggap remeh terhadap banyak
hal.
(*) Penulis merupakan
warga biasa dan bergiat di Perhimpunan Suka Menulis (PERKAMEN)
Komentar
Posting Komentar